Berpetualang ke Lantai 7 Hotel Alexis yang Disebut Surga Dunia


Lantai 7 Hotel Alexis. (MP/Angga Yudha Pratama)
MerahPutih.com - Kabar praktek prostitusi di lantai 7 Hotel Alexis sudah sering dibicarakan, khususnya oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur.
"Di hotel-hotel ada enggak prostitusi? Ada. Prostitusi artis di mana? Di hotel. Di Alexis itu, lantai 7 surga dunia lho. Di Alexis, surga bukan di telapak kaki ibu, tetapi di lantai 7," kata Ahok 2016 lalu.
Hal tersebut dianggap yang membuat izin Griya Pijat dan Hotel tersebut dihentikan oleh Pemprov DKI Jakarta. Menanggapi hal ini, pihak manajemen Alexis Hotel membantah dengan tegas isu adanya praktek prostitusi tersebut.
Terbukti dengan sikap manajemen yang melunak untuk membuka tabir misteri seperti apa penampakan Lantai 7 Hotel Alexis yang disebut Ahok sebagai Surga Dunia.
Hari ini, manajemen menggelar konferensi pers untuk membantah tudingan berbagai macam pihak, termasuk Pemprov DKI bahwa Alexis, khususnya lantai 7 adalah Surga Dunia. Konferensi pers digelar di lantai 2 oleh staff Legal & Corporate affair Alexis Grup, Lina Novita dan Muhammad Fajri.
Lantai 2 merupakan restauran dimana ada beberapa ruang makan VIP. Disana, mereka membeberkan poin per poin akan keberatannya perihal pemberhentian Hotel Alexis. Bahkan, mereka menyampaikan dampak besar pemberhentian tersebut.
Diakhir Konferensi Pers, manajemen mempersilahkan wartawan untuk naik ke lantai 7. Banyaknya wartawan dengan kapasitas lift yang ada disana tak berimbang. Ada dua lift denga masing-masing maksimal diisi 5 orang. Akibatnya, antrian untuk melihat lantai 7 mengular di lorong lantai 2.
Memulai Petualangan di Lantai 7
Sampai di Lantai 7, pengunjung langsung disuguhi meja resepsionis sekaligus kasir pada sebelah kiri lift. Di depan lift, terdapat dua buah sofa empuk untuk duduk-duduk. Tak lupa, diatas sofa bertuliskan 'Bath House Spa Lounge' yang menandakan bahwa lantai itu terdapat tempat untuk berendam. Di kanan lift terdapat tangga spiral untuk naik ke lantai atasnya. Di bawah tangga, ada pintu kecil yang ditutup kelambu hitam.

Merahputih.com berkesempatan untuk masuk lebih dalam di lantai 7. Masuk ke dalam pintu kecil berkelambu hitam, para tamu langsung disuguhkan jejeran kamar-kamar luas dengan berbagai fasilitas. Mulai dari single bed, wastafel, kursi dari kayu dan matras lebar lengkap dengan bantalnya.
"Ini untuk pijat," kata seorang wanita staf Alexis yang berdiri didepan pintu tanpa mau ditanya lebih jauh soal fasilitas lainnya.
Berjalan makin ke dalam, pengungjung akan disuguhkan dengan deretan loker-loker. Di depan loker-loker, terdapat 2 wastafel. Tak jauh dari situ, ada tangga untuk naik ke atas. Sebelum naik ke atas, hawa mulai berubah, dari dinginnya AC ke hawa panas.
Benar saja, saat naik melalui tangga, pengunjung langsung disuguhkan 3 buah kolam dangkal. Saat disentuh, airnya hangat. Di dalam kolam, ada tegel yang dipergunakan untuk duduk-duduk sambil menikmati air hangat di kolam dangkal. Kolam hijau, biru dan oranye. Lantai ini merupakan lantai paling atas.
Disamping kolam-kolam dangkal, terdapat banyak gazebo-gazebo lengkap dengan bantal. Gazebo-gazebo itu berderat dan berhadap-hadapan. Di ujung gazebo, terdapat meja bar dan panggung kecil lengkap dengan satu set peralatan Disc Jockey. Ada kulkas-kulkas untuk menyimpan minuman. Namun, saat dikunjungi, kulkas-kulkas itu kosong.
Ketika mencoba mengeksplore lebih jauh, sejumlah petugas keamanan berbaju safari berjaga di berbagai sudut. Dengan badan tegapnya, mereka melarang titik-titik seperti tangga turun ke lantai 6 dan ruangan-ruangan yang tak bertuliskan fungsinya dilarang dimasuki. "Hanya di batasi sampai sini," kata petugas sambil memalangkan tangannya.
Blak-blakan Lantai 7
Saat turun dan kembali ke lantai 2, beberapa staf tutup mulut perihal fasilitas di lantai 7. Namun, ada juga staf yag mau buka-bukaan. Inisial staf itu adalah T (nama disamarkan), yang mengaku lantai 7 tak hanya sekedar pijat. "Mas pasti ngerti lah, udah rahasia umum," kata dia.
Menurut T, ditutupnya kamera HP setiap pengunjung karena alasan privasi. "Tujuannya hanya itu, kami melindungi orang yang datang, tapi tak menutupi kegiatan. Beda dong, kalau kami menutup-nutupi, kamar yang tadi kami tutup rapat aja ngapain dibuka," katanya.
Penutupan kamera hanya berlaku di lantai 7, saat pijat, spa dan di dalam diskotik. Manajemen juga menyiapkan kunci bagi pengunjung yang ingin menaruh HP-nya. Manajeman mematok harga 180 ribu untuk sekali pijat.
"Kalau mau nginep semalam Rp 1,350 juta. standarnya bintang empat. Dulu ini pure murni hotel grand Ancol. Sekitar sebelum 2010 masih grand ancol," katanya. (Ayp)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Sidak Parkir Ilegal dan Dugaan Pengemplangan Pajak, Pramono Anung Tegaskan Komitmennya Jadika Jakarta Kota yang Lebih Tertib dan Teratur

DPRD DKI Desak Pemprov Buat Strategi Khusus untuk Pangan Jelang Nataru, Jangan Sampai Warga Kekurangan Stok Beras Hingga Daging

Pemprov DKI Pastikan Nelayan Terdampak Pembangunan Pagar Beton Cilincing Terdata dan Mendapatkan Kompensasi Tepat Sasaran

'Pelican Crossing' Mulai Diuji Coba dengan Pengawasan Dishub-Satpol PP, Anak Buah Pramono Beri Himbauan Begini

Pramono Tegaskan Lokasi Baru Pedagang Pasar Burung Barito Tempat Berhenti Banyak Orang

Heboh Tanggul Beton Laut di Cilincing, Pramono Segera Panggil PT KCN

Rencana Pramono Anung Ubah Badan Hukum PAM Jaya Dapat Penolakan dari Legislator Kebon Sirih

Target Ambisius Pemprov DKI untuk Penuhi Kebutuhan Air Bersih Warga Jakarta Hingga 2029

Gulkarmat Jakarta Beri Peringatan Keras tentang Bahaya Kebakaran Perkantoran pada Akhir Pekan

Pramono Pastikan Jakarta Aman dan Normal Kembali, Layanan Transjakarta Hingga MRT Masih Gratis Hingga 8 September
