Headline

Diidentikan dengan Paham Komunis, Pengamat Sebut Marhaenisme Makin Terpinggirkan

Eddy FloEddy Flo - Rabu, 24 Juli 2019
 Diidentikan dengan Paham Komunis, Pengamat Sebut Marhaenisme Makin Terpinggirkan

Pengamat politik Yudi Latief. (MP/Ponco Sulaksono)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.Com - Marhaenisme atau ajaran marhaen yang dipelopori Bung Karno kini tiada lagi semenarik dulu. Padahal, cita-cita marhaenisme begitu mulia yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lantas kenapa paham Marhaen tak seseksi dulu lagi? Menurut pengamat politik Yudi Latief pandangan marhaenisme semakin terpinggirkan akibat masyarakat selalu mengasumsikannya sebagai paham komunis.

Baca Juga: Rayakan HUT RI, UKP-PIP Bakal Publikasikan Naskah Asli Pancasila

Padahal marhaenisme,Lanjut Yudi, merupakan paham dari sosialisme yang elemennya berpihak kepada keadilan sosial.

Yudi Latief
Pengamat politik Yudi Latief (MP/Fadhli)

"Seringkali kita ini tidak bisa membedakan antara sosialisme dan komunisme, seolah-olah sosialis itu pasti komunis, padahal tidak begitu," kata Yudi Latief, di Jakarta, Selasa (23/7).

Marhaenisme, sosialisme, menurut dia, sebenarnya merupakan dasar dari cara berpikir Pancasila yang memperjuangkan masyarakat terbebas dari ketidakadilan dan kesenjangan, dan bukanlah seperti yang diinterpretasikan seperti selama ini sebagai komunisme.

"Padahal sudah dijelaskan oleh Bung Karno, 'Saya tidak akan menjadi seorang komunis, pertama saya percaya demokrasi kedua saya percaya pada ketuhanan'," papar akademisi yang secara khusus mendalami Pancasila itu.

Baca Juga: Polisi Tak Izinkan Acara Silaturahim Kekhalifahan Islam, Ini Komentar Yudi Latief

Untuk menjernihkan kembali soal marhaenisme itu, menurut Yudi sebagaimana dilansir Antara, perlu usaha yang besar dalam memberikan literasi komprehensif kepada masyarakat dalam berbagai aspek edukasi.

"Satu hal lagi, menurut saya yang perlu dikawinkan ini bukan hanya religius dengan Pancasila saja dan menjadi nasionalis religius, tetapi juga dengan sosialitasnya," tutup Yudi Latief.(*)

Baca Juga: Yudi Latif: Pancasila Penting untuk Bangsa Indonesia

#Bung Karno #Marhaen #Yudi Latief #Pengamat Politik
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian

Berita Terkait

Indonesia
Prabowo Ikut Musnahkan Barang Bukti Narkoba, Pengamat: Bandar Mulai Ketar-ketir
Presiden RI, Prabowo Subianto, ikut turun tangan saat memusnahkan barang bukti narkoba di Mabes Polri, Rabu (29/10).
Soffi Amira - 1 jam, 4 menit lalu
Prabowo Ikut Musnahkan Barang Bukti Narkoba, Pengamat: Bandar Mulai Ketar-ketir
Indonesia
Hari Santri Jadi Momentum Gali kembali Islam Bung Karno dan Resolusi Jihad
Hari Santri merupakan waktu yang tepat untuk menggali kembali gagasan-gagasan Islam Bung Karno yang berakar pada spiritualitas dan nasionalisme.
Dwi Astarini - Rabu, 22 Oktober 2025
Hari Santri Jadi Momentum Gali kembali Islam Bung Karno dan Resolusi Jihad
Indonesia
Akun Medsos yang Hina Bahlil Dilaporkan ke Polisi, Direktur P3S: Sangat Tidak Etis
Direktur Political and Public Policy Studies, Jerry Massie menilai, pelaporan akun medsos yang dinilai menghina Bahlil tidak etis. Sebab, hal itu masih dalam batas wajar.
Soffi Amira - Rabu, 22 Oktober 2025
Akun Medsos yang Hina Bahlil Dilaporkan ke Polisi, Direktur P3S: Sangat Tidak Etis
Indonesia
Pengamat Beri Nilai 6 untuk Setahun Kinerja Prabowo-Gibran, Sebut Tata Kelola Pemerintahan Semrawut
Ray mencontohkan kerusuhan yang terjadi pada akhir Agustus 2025
Angga Yudha Pratama - Selasa, 21 Oktober 2025
Pengamat Beri Nilai 6 untuk Setahun Kinerja Prabowo-Gibran, Sebut Tata Kelola Pemerintahan Semrawut
Indonesia
Bertemu ‘Empat Mata’, Pengamat Menduga Jokowi Kecewa karena Tak ‘Deal’ Politik dengan Prabowo
Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo mengadakan pertemuan tertutup, Sabtu (4/10)
Frengky Aruan - Senin, 06 Oktober 2025
Bertemu ‘Empat Mata’, Pengamat Menduga Jokowi Kecewa karena Tak ‘Deal’ Politik dengan Prabowo
Indonesia
Kebijakan KPU Batasi Akses Ijazah Capres/Cawapres, Pengamat Politik: Berpotensi Langgar Keterbukaan Publik
Pengamat menilai kebijakan KPU berisiko meloloskan calon pemimpin dengan ijazah palsu.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 15 September 2025
Kebijakan KPU Batasi Akses Ijazah Capres/Cawapres, Pengamat Politik: Berpotensi Langgar Keterbukaan Publik
Indonesia
KPU tak Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, Pengamat: Berpotensi Langgar Undang-undang
KPU tak membuka ijazah capres-cawapres ke publik. Pengamat politik, Jerry Massie, mengkritik kebijakan tersebut. Ia menyebut KPK berpotensi melanggar Undang-undang.
Soffi Amira - Senin, 15 September 2025
KPU tak Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, Pengamat: Berpotensi Langgar Undang-undang
Indonesia
Banyak Wamen Rangkap Jabatan jadi Komisaris BUMN, Pengamat Nilai Pemerintahan Prabowo tak Terarah
Kini, banyak wakil menteri yang merangkap jabatan sebagai komisaris BUMN. Pengamat politik menilai jika pemerintahan Prabowo tak terarah.
Soffi Amira - Jumat, 11 Juli 2025
Banyak Wamen Rangkap Jabatan jadi Komisaris BUMN, Pengamat Nilai Pemerintahan Prabowo tak Terarah
Indonesia
Rencana TNI Jaga Gedung Kejaksaan Ditolak, Pengamat: Mereka Bukan Aparat Keamanan
Rencana soal TNI menjaga gedung Kejaksaan kini ditolak. Pengamat pun menilai, bahwa TNI merupakan aparat pertahanan dan bukan keamanan.
Soffi Amira - Selasa, 13 Mei 2025
Rencana TNI Jaga Gedung Kejaksaan Ditolak, Pengamat: Mereka Bukan Aparat Keamanan
Indonesia
Pengamat Sebut Gibran Berpeluang Jadi Lawan Prabowo di Pilpres 2029
Pengamat Politik, Jerry Massie, memprediksi bahwa Gibran akan menjadi lawan Prabowo di Pilpres 2029.
Soffi Amira - Jumat, 25 April 2025
Pengamat Sebut Gibran Berpeluang Jadi Lawan Prabowo di Pilpres 2029
Bagikan