Digempur Habis-habisan, Ukraina Tolak Letakkan Senjata di Kota Pelabuhan Mariupol


Kebakaran terlihat di area perumahan di Mariupol di tengah invasi Rusia ke Ukraina, 3 Maret 2022, dalam gambar ini diperoleh dari media sosial. (Twitter @AyBurlachenko via Reuters/as)
MerahPutih.com - Perang antara Rusia dan Ukraina masih bergejolak. Rusia menyerang wilayah-wilayah Ukraina, salah satunya menghancurkan kota pelabuhan Mairupol di sebelah selatan negara tersebut.
Ukraina menyatakan, menolak desakan Rusia untuk menyerahkan kota Mariupol yang sudah terkepung, Senin (21/3).
Pengepungan itu telah memicu krisis kemanusiaan karena penduduk kota tersebut menghadapi kelangkaan makanan, air, dan listrik.
Baca Juga:
Dari Gaun Pengantin ke Rompi Tentara, Jenama Bridal Ukraina Ikut Bela Negara
Dilansir Reuters, Rusia meminta pasukan Ukraina di kota itu untuk meletakkan senjata sebagai syarat untuk mengungsikan penduduk lewat koridor kemanusiaan yang akan dibuka mulai Senin pukul 07.00 GMT (14.00 WIB).
Namun, pemerintah Ukraina menolak permintaan Rusia itu.
"Tak ada pertanyaan tentang penyerahan, peletakan senjata," kata Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk seperti dikutip portal berita Ukrainska Pravda.
"Kami telah memberi tahu pihak Rusia tentang hal ini," katanya.
Vereshchuk mengatakan, lebih dari 7.000 orang dievakuasi dari kota-kota Ukraina melalui koridor kemanusiaan pada Minggu, separuh lebih di antaranya dari Mariupol.
Pemerintah berencana mengirim hampir 50 bus ke kota itu pada Senin untuk evakuasi lanjutan.
Mariupol telah mengalami pengeboman besar-besaran sejak invasi Rusia di Ukraina pada 24 Februari. Banyak warga di kota berpenduduk 400 ribu jiwa itu terjebak ketika kawasan tempat tinggal mereka dipenuhi pertempuran.
Baca Juga:
Delegasi Indonesia di IPU Usulkan Bentuk Komite "ad hoc" Mediasi Rusia dan Ukraina
Dewan kota Mariupol mengatakan di Telegram bahwa beberapa ribu penduduk telah "dideportasi" oleh Rusia sepanjang pekan lalu.
Kantor berita Rusia mengatakan, bus-bus mengangkut ratusan pengungsi dari Mariupol ke Rusia dalam beberapa hari terakhir.
Konsul jenderal Yunani di Mariupol, diplomat Uni Eropa (EU) terakhir yang meninggalkan kota itu, mengatakan bahwa Mariupol hancur lebur akibat perang.
"Apa yang saya lihat, saya harap tak seorang pun akan pernah melihatnya," kata dia.
Menduduki Mariupol akan membantu pasukan Rusia menguasai jalur darat ke Krimea, semenanjung yang dicaplok Moskow dari Ukraina pada 2014.
Rusia dan Ukraina telah mencapai kesepakatan selama konflik berlangsung untuk menyediakan koridor kemanusiaan guna mengevakuasi warga sipil, namun kedua pihak saling menuduh telah melanggar kesepakatan.
Krisis di Mariupol dan kota-kota lain di Ukraina kemungkinan akan jadi fokus pembicaraan para pemimpin EU pekan ini ketika mereka mempertimbangkan sanksi yang lebih keras kepada Rusia, termasuk embargo minyak.
Para menteri luar negeri dari negara-negara EU akan menggelar rapat pada Senin, sebelum Presiden AS Joe Biden tiba di Brussels pada Kamis untuk menghadiri sejumlah pertemuan puncak dengan NATO, Uni Eropa dan G7.
Para diplomat mengatakan bahwa negara-negara Baltik, termasuk Lithuania, mengusulkan embargo sebagai langkah logis berikutnya, sedangkan Jerman memperingatkan tindakan yang tergesa-gesa akan membuat harga energi semakin meningkat di Eropa.
Dalam upaya mencari bantuan dari luar negeri, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berpidato kepada parlemen Israel lewat video pada Minggu.
Dia mempertanyakan keengganan Israel menjual sistem pertahanan rudal Iron Dome kepada Ukraina.
"Semua orang tahu sistem pertahanan rudal Anda adalah yang terbaik… dan Anda bisa membantu bangsa kami, menyelamatkan jiwa rakyat Ukraina, warga Yahudi Ukraina," kata Zelenskyy yang berdarah Yahudi. (*)
Baca Juga:
Terjebak 22 Hari dalam Perang Rusia-Ukraina, 9 WNI Berhasil Dievakuasi
Bagikan
Berita Terkait
Mikrofon Bocor, Xi Jinping dan Vladimir Putin Terekam Ngobrolin Transplantasi Organ dan Kehidupan Abadi

Bertemu di Beijing, Rusia dan Korut Bakal Tingkatkan Hubungan Bilateral Bikin Program Jangka Panjang

Ketemu Kim Jong-un di China, Putin Berterima Kasih karena Prajurit Korea Utara Bertempur di Ukraina

Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat

China Pamer Kekuatan Militer dalam Parade Peringatan 80 Tahun Berakhirnya Perang Dunia II

Komentari Eks Marinir Jadi Tentara Bayaran, Dubes Rusia Sebut Pihaknya tak Lakukan Rekrutmen

Eks Marinir Satria Kumbara Bukan Direkrut, Rusia Tegaskan Konsekuensi Tanggung Sendiri

Pertama Kali dalam 500 Tahun Gunung Berapi Rusia Meletus, Ahli Sebut Terkait dengan Gempa Besar

Otoritas Kamchatka Umumkan Pencabutan Peringatan Tsunami

Peringatan Tsunami Terdengar, Pekerja Pembangkit Fukushima Jepang Segera Dievakuasi
