Deteksi Dini dan Penanganan Tepat Diabetes


Deteksi dini dan penganan tepat pada diabetes amat penting.(foto:pexels-nataliya-vaitkevich)
DIABETES merupakan penyakit yang perlu pengelolaan tepat untuk mengurangi risiko komplikasi penyakit kardiovaskular. Berdasar estimasi WHO pada 2016, diabetes merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan 6% dari seluruh total kematian. Tidak hanya memengaruhi sektor kesehatan, dampak dari diabetes juga memengaruhi lini ekonomi. Diperkirakan, diabetes akan menyebabkan hilangnya luaran ekonomi Indonesia sebesar 0,2 triliun dolar dari tahun 2012 hingga 2030.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat prevalensi diabetes melitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9 persen pada 2013 menjadi 8,5 persen pada 2018. Angka itu menunjukkan baru sekitar 25 persen penderita diabetes yang mengetahui bahwa ia menderita diabetes. Prevalensi diabetes melitus (DM) pada penduduk berusia ≥15 tahun mencapai 10,9 persen. Angka tersebut hampir meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
BACA JUGA:
"Secara sederhana, diabetes mengacu pada sekelompok penyakit yang memengaruhi bagaimana tubuh menggunakan gula darah atau glukosa," ujar Ketua Jakarta Diabetes Meeting 2021. Dr dr Wismandari Wisnu, Sp.PD, KEMD. Penyebab yang mendasari diabetes bervariasi menurut jenisnya. Namun, apa pun jenis diabetes, yang terjadi ialah kelebihan gula dalam darah akan memunculkan masalah kesehatan yang lebih serius.

Diabetes dibagi menjadi dua, yaitu Tipe 1 dan Tipe 2. Tipe 1 terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel penghasil insulin. Sementara iitu, pada DM tipe 2, tubuh tidak bisa menggunakan insulin secara normal dan pada akhirnya pankreas akan mengalami kegagalan dalam menghasilkan insulin.
“DM tipe 2 sering kali tidak bergejala hingga menimbulkan komplikasi. Namun demikian, terdapat gejala klasih DM tipe 2 yakni sering haus (poliuria), sering pipis dan banyak pipis (polidipsia), sering merasa lapar (polifagia), dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Gejala lain dapat berupa badan terasa cepat lelah, kesemutan, gatal, pandangan kabur, gangguan ereksi pada laki-laki serta gatal-gatal di kemaluan perempuan," urai dokter Wismandari lebih lanjut.
BACA JUGA:
Penting untuk segera memeriksaan diri ke dokter jika merasakan gejala-gejala tersebut karena diabetes bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. Peningkatan kadar gula darah merupakan salah satu komponen sindroma metabolik yang menjadi salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular.
Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi pada penderita diabetes. "Seorang penderita diabetes dua kali lebih mungkin menderita penyakit jantung atau stroke daripada seseorang yang tidak menderita diabetes," jelasnya.
Penyakit kardiovaskular yang sering terjadi sebagai komplikasi pada diabetes ialah penyakit jantung koroner (PJK), stroke dan penyakit arteri perifer (PAP). “Ketiga penyakit tersebut terjadi jika ada sumbatan plak aterosklerosis di pembuluh darah, yang kemudian menyebabkan aliran ke jaringan terganggu dan kemudian menyebabkan kerusakan hingga kematian jaringan," urainya.
Organ yang terserang pada PJK, yakni pembuluh darah jantung. Pada stroke, yang terserang ialah pembuluh darah di otak, dan pada PAP pembuluh darah yang terkena terutama di tungkai.

“Salah satu terapi utamanya ialah Insulin. Tahun 2021 merupakan tahun yang bertepatan dengan 100 tahun ditemukannya insulin. Penggunaan insulin pada pasien dengan diabetes memiliki peran yang sangat penting, khususnya ketika penggunaan obat-obatan tidak lagi memberikan respons yang adekuat untuk mengontrol gula darah atau kondisi khusus pada penyakit akut, tindakan pembedahan, atau kehamilan,” papar Wismandari.
Berdasarkan durasi kerja insulin, insulin terbagi menjadi insulin kerja panjang dan insulin kerja pendek. Akan tetapi, dengan perkembangan teknologi, saat ini dimungkinkan adanya kombinasi insulin kerja panjang dan insulin kerja pendek dalam 1 buah sediaan. Hal tersebut memungkinkan pasien dengan DM untuk melakukan penyuntikan insulin dengan lebih jarang dengan kondisi gula darah yang lebih stabil tanpa disertai adanya kondisi hipoglikemia.(Avia)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
