Dekati Penyintas Kanker Dengan Hati Hapus Kesenjangan Perawatan


Hapus ketimpangan layanan kesehatan termasuk bagi penyintas kanker. (Unsplash- Angiola Harry)
WORLD Cancer Day mengampanyekan Close The Care Gap para peringatan Hari Kanker Dunia (4/2). Kampanye tersebut berkaca pada data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Desember 2017, menaja setengah dari populasi dunia tidak beroleh layanan kesehatan esesnial.
Baca Juga:
Bahkan, lanjut data WHO, setiap tahunnya sejumlah besar rumah tangga semakin dalam terperosok jurang kemiskinan lantaran harus membayar perawatan kesehatan.
Setidaknya, ada 800 juta orang menhabiskan 10 persen anggaran tumah tangga untuk membayar biaya kesehatan, baik untuk dirinya, anaknya, atau anggota keluarga lainnya.

"Solusinya acakupan kesehatan universal (UHC) memungkinkan setiap orang untuk mendapatkan layanan kesehatan, kapan dan di mana mereka membutuhkannya, tanpa menghadapi kesulitan keuangan," kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.
Dari data tersebut, lanjut World Cancer Day acap terjadi pada penyintas kanker. Banyak penyintas ditolak saat ingin mengakses perawatan medis esensial. "Ini merupakan kesenjangan ekuitas, dan hal tersebut mengorbankan nyawa," tulis World Cancer Day.
Penyintas kanker beroleh hambatan saat akan mengakses layanan kesehatan. Penyebabnya, ketimpangan pendapatan, pendidikan, lokasi deografis, dan diskriminasi berdasarkan etnis, ras, jenis kelamin, orientasi seksual, usia dan lainnya.
Baca Juga:
"Kesenjangan menjadi kenyataan bagi semua negara di mana pun, baik berpenghasilan tinggi maupun rendah sehingga berdampak negatif pada orang-orang di semua lapisan".
Di Indonesia, implementasi hapus kesenjangan layanan kesehatan bagi penyintas kanker jadi sangat penting. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu meminta seluruh fasilitas kesehatan dapat meningkatkan pemberian layanan deteksi dini bagi pasien penderita kanker.

“Menurut saya, kita harus melakukan pencegahan di awal. Kita melakukan deteksi dini, kemudian melakukan pencegahan dengan menghilangkan faktor risiko,” kata Maxi, dalam media briefing Hari Kanker Sedunia 2022 bertajuk Close the Care Gap diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (2/2) dikutip Antaranews.
Berdasarkan data Globocan Tahun 2020, jumlah penderita kanker di Indonesia sudah mencapai 65.858 pasien dan pada penderita kanker leher rahim (serviks) ada 36.633 pasien.
Total biaya dikeluarkan negara dalam penanganan kanker, menurut Maxi sudah mencapai Rp4,1 triliun pada Tahun 2019 dan Rp3,5 triliun pada Tahun 2020, karena banyak pasien datang ke fasilitas kesehatan dalam keadaan sudah memasuki stadium lanjut.

Padahal dari 70 persen tersebut, lanjut Maxi, sepertiga sampai setengah jumlah pasien meninggal akibat kanker dapat terselamatkan dengan melakukan pencegahan melalui deteksi dini untuk menghindari terjadinya berbagai faktor risiko menyebabkan kanker.
“Tentu kita tidak melihat hanya pada masalah biaya itu, tapi masalah juga pada produktivitas kerja, karena kalau penyintas kanker ada sebanyak itu akan mengganggu produktivitas kerja,” ucap Maxi.
Namun, menurutnya, masih banyak fasilitas kesehatan belum menyediakan pelayanan deteksi dini secara maksimal. Sebagai contoh, apabila pasien berasal dari provinsi bagian Indonesia Timur ingin melakukan radioterapi, maka pasien harus datang ke Surabaya terlebih dahulu.
Bahkan, katanya, pasien harus mengantre lagi selama satu sampai dua tahun untuk benar-benar bisa mengakses layanan tersebut.

“Antreannya sendiri saja bisa satu sampai dua tahun. Pasien meninggal baru dapat pelayanan, tentu ini tidak boleh terjadi lagi dan harus merata penanganannya, baik kemoterapi, radioterapi ataupun yang sekarang ini dilakukan melalui imunologi bagi penanganan kanker di masa depan,” ujar dia.
Oleh sebab itu, pada peringatan Hari Kanker Sedunia pada 4 Februari 2022 bertemakan "Close the Care Gap", Maxi sangat berharap semua penderita kanker bisa mendapatkan pelayanan lebih baik, terlebih pada layanan melakukan deteksi dini.
“Saya harap momentum peringatan Hari Kanker Sedunia ini, tentu dapat meningkatkan komitmen kita bersama,” katanya. (*)
Baca Juga:
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
