Dampak Perang Rusia Ukraina Berlanjut, Berbagai Negara Hadapi Resesi

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Jumat, 10 Juni 2022
Dampak Perang Rusia Ukraina Berlanjut, Berbagai Negara Hadapi Resesi

Puing-puing pasar terbuka yang hancur akibat serangan militer, saat serangan Rusia di Ukraina berlanjut, di Sievierodonetsk, Luhansk, Ukraina, 16 April 2022. (ANTARA/Reuters/Serhii Nuzhnenko/as)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Perang yang berkelanjutan di Ukraina, harga komoditas yang bergejolak, harga pangan dan energi yang sangat tinggi, serta kondisi ekonomi Tiongkok, membuat dunia mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Dana Moneter Internasional (IMF) diproyeksi kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 ini menyusul langkah Bank Dunia dan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang telah memotong perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia.

Baca Juga:

Ukraina Klaim Berhasil Tangkis Serangan Rusia di Wilayah Timur

Pada April, IMF telah memangkas perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi global hampir satu poin persentase penuh menjadi 3,6 persen pada 2022 dan 2023. IMF akan merilis pembaruan untuk Prospek Ekonomi Dunia pada pertengahan Juli.

Juru bicara IMF Gerry Rice mengatakan, pada briefing reguler IMF, prospek keseluruhan berada pada tingkat yang lebih lambat, tetapi beberapa negara mungkin menghadapi resesi.

"Jelas sejumlah perkembangan telah terjadi yang dapat membuat kami merevisi lebih jauh. Begitu banyak yang telah terjadi dan (sedang) terjadi dengan sangat cepat sejak terakhir kali kami datang dengan perkiraan kami."

Bank Dunia pada Selasa (7/6) memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya hampir sepertiga menjadi 2,9 persen untuk 2022, mengutip kerusakan yang bertambah dari invasi Rusia ke Ukraina dan pandemi COVID-19, sambil memperingatkan tentang meningkatnya risiko stagflasi.

Sedangkan OECD memangkas perkiraannya sebesar 1,5 poin persentase menjadi 3,0 persen, meskipun dikatakan ekonomi global harus menghindari serangan stagflasi gaya tahun 1970-an.

"Kami melihat pertemuan krisis ini. kombinasi dari semua hal ini menuju ke arah yang sama dari risiko penurunan yang terwujud," kata Rice dikutip dari Antara.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengunjungi basis pasukan Ukraina, saat serangan Rusia di Ukraina berlanjut, di Soledar, di wilayah Donetsk, Ukraina, 5 Juni 2022. (Layanan Pers/Kepresidenan Ukraina via Reuters/as)
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengunjungi basis pasukan Ukraina, saat serangan Rusia di Ukraina berlanjut, di Soledar, di wilayah Donetsk, Ukraina, 5 Juni 2022. (Layanan Pers/Kepresidenan Ukraina via Reuters/as)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pengetatan kebijakan moneter yang terlalu cepat dan ketat dinilai tidak berdampak signifikan terhadap penurunan tingkat inflasi.

Ia memaparkan, tingkat inflasi yang meninggi di berbagai negara disebabkan oleh produksi atau suplai yang tidak dapat memenuhi peningkatan permintaan, sementara percepatan pengetatan moneter hanya akan menyasar sisi permintaan.

"Kalau kebijakan makro yaitu fiskal dan moneter terlalu cepat atau ketat, yang tujuannya akan lebih cepat mempengaruhi sisi demand (permintaan), sebetulnya tidak menyelesaikan masalah sisi suplainya," kata Menkeu Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI.

Ia menuturkan, suplai komoditas unggulan seperti minyak mentah, gas, batu bara, gandum, dan jagung, tertahan karena perang Rusia-Ukraina dan pandemi COVID-19.

"Jadi inflasi di dunia saat ini dikontribusi dari sisi produksi atau suplai itu lebih dominan dibandingkan kontribusi dari sisi permintaan akibat perang maupun pandemi," ujarnya. (*)

Baca Juga:

Sanksi Embargo Minyak Rusia Gagal, Presiden Ukraina Sindir Uni Eropa

#Perang #Rusia #Konflik Ukraina #Pertumbuhan Ekonomi #Harga Minyak Dunia
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
Semikonduktor Jadi Penguat Ekonomi Kawasan, Proyeksi Pertumbuhan Indonesia Naik Jadi 5 Persen
Sementara inflasi diperkirakan tetap terkendali pada level 1,7 persen tahun ini dan naik menjadi 2,5 persen pada 2026.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 10 Desember 2025
Semikonduktor Jadi Penguat Ekonomi Kawasan, Proyeksi Pertumbuhan Indonesia Naik Jadi 5 Persen
Indonesia
Kapal Perang USS Cincinnati-20 dan Drone AS Merapat ke Batam
Selain kapal perang, Kamboja, Laos, Thailand, dan Timor Leste juga berpartisipasi dengan mengirimkan Augmented Staff dalam latihan maritim ini.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 10 Desember 2025
Kapal Perang USS Cincinnati-20 dan Drone AS Merapat ke Batam
Indonesia
Angkatan Laut Thailand Luncurkan Operasi Skala Besar di Perbatasan Kamboja
Kapal perang HTMS Thepa dikerahkan ke area operasi dan ditugaskan untuk melakukan patroli dan pengintaian sepanjang waktu, tambah pernyataan itu.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 10 Desember 2025
Angkatan Laut Thailand Luncurkan Operasi Skala Besar di Perbatasan Kamboja
Dunia
Tidak Percaya Komitmen Putin, Uni Eropa Sepakat Perkuat Pertahanan di Ukraina
Negara anggota UE akan berbagi risiko secara kolektif terkait eskalasi konflik Rusia-Ukraina
Wisnu Cipto - Selasa, 02 Desember 2025
Tidak Percaya Komitmen Putin, Uni Eropa Sepakat Perkuat Pertahanan di Ukraina
Dunia
Rancangan Donald Trump Perjanjian Damai Konflik Ukraina: AS Akui Krimea dan Donbas Sah Milik Rusia
“Rencana ini tidak memaksa Ukraina mengakui Krimea dan Donbas sebagai wilayah Rusia.”
Wisnu Cipto - Kamis, 20 November 2025
Rancangan Donald Trump Perjanjian Damai Konflik Ukraina: AS Akui Krimea dan Donbas Sah Milik Rusia
Dunia
Thailand Bakal Bersihkan Ranjau Darat di Perbatasan Kamboja, Negara ASEAN Diminta Memantau
Pada 10 November, empat tentara Thailand terluka setelah menginjak ranjau saat berpatroli di sepanjang garis demarkasi.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 19 November 2025
Thailand Bakal Bersihkan Ranjau Darat di Perbatasan Kamboja, Negara ASEAN Diminta Memantau
Indonesia
Donald Trump Jadi Penengah Ketegangan Kamboja dan Thailand
Thailand menuduh Kamboja menanam bahan peledak baru, serta "operasi penjinakan ranjau di 13 wilayah yang telah dibahas sebelumnya."
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 16 November 2025
Donald Trump Jadi Penengah Ketegangan Kamboja dan Thailand
Indonesia
AS Kerahkan Kapal Induk ke Karibia, Venezuela Mobilisasi 200.000 Personel Militer
Majelis Nasional Venezuela mengesahkan undang-undang yang dirancang untuk memperkuat strategi pertahanan nasional di tengah meningkatnya aktivitas militer AS.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 12 November 2025
AS Kerahkan Kapal Induk ke Karibia, Venezuela Mobilisasi 200.000 Personel Militer
Dunia
Ekor Patah Masih Nekat Terbang, Helikopter Pabrik Elektronik Penyuplai Militer Rusia Jatuh Tewaskan 5 Orang
Pabrik Elektromekanis Kizlyar dijatuhi sanksi Uni Eropa pada 2024 karena memproduksi peralatan pesawat untuk militer Rusia dalam konflik dengan Ukraina.
Wisnu Cipto - Selasa, 11 November 2025
 Ekor Patah Masih Nekat Terbang, Helikopter Pabrik Elektronik Penyuplai Militer Rusia Jatuh Tewaskan 5 Orang
Indonesia
Purbaya Jaga Daya Beli Warga, Pertumbuhan Ekonomi Harus Ciptakan Lapangan Kerja
Penguatan aktivitas industri domestik, peningkatan permintaan negara mitra dagang utama, dan kuatnya daya saing produk ekspor Indonesia menjadi faktor pendorong.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 07 November 2025
Purbaya Jaga Daya Beli Warga, Pertumbuhan Ekonomi Harus Ciptakan Lapangan Kerja
Bagikan