Cegah Penularan Pneumonia, Jangan Asal Cium Bayi
Anak bisa tertular pneumonia jika asal mencium mereka. (Foto: Pixabay/Thor_Deichmann)
JANGAN asal mencium bayi atau balita ketika kamu sedang batuk atau pilek. Dokter spesialis anak, Prof. Soedjatmiko mengatakan hal itu sangat berbahaya karena si kecil bisa terkena penyakit akibat bakteri, virus atau jamur termasuk pneumonia di masa pandemi COVID-19 saat ini.
"Bakteri, virus, jamur ada di mana-mana. Kalau ada keluarga yang batuk pilek, jangan mencium bayi dan balita," kata dia di sela peringatan Hari Pneumonia Dunia 2020 secara daring, seperti dilansir Antaranews.com, Kamis (13/11).
Baca juga:
Inovasi Terbaru, Masker 5 Lapis yang Membunuh 90% Partikel Corona
Soedjatmiko juga mengatakan sebaiknya pakai masker dan mencuci tangan sebelum menyentuh bayi atau balita. Jangan lupa segera berotan untuk memulihkan kondisimu. Hal itu karena pneumonia bisa masuk ke hidung, saluran napas anak dan kemudian merusak paru-parunya saat kekebalan tubuhnya yang rendah.
Penyebab rendahnya kekebalan anak muncul dari berbagai faktor antara lain asap rokok, debu di rumah yang kemudian merusak saluran napas, kurangnya anak mendapatkan asupan ASI eksklusif sehingga menyebabkannya kurang gizi. Belum lagi jika si kecil memiliki berat badan rendah, tidak diimunisasi, menderita penyakit kronik dan terlambat berobat.
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Nastiti Kaswandani menjelaskan gejala yang timbul pada pneumonia ialah demam, batuk dan kehilangan nafsu makan. Sering kali gejala-gejala ini disalahartikan sebagai sesesma atau flu.
Baca juga:
Penderita pneumonia juga bisa mengeluhkan sesak napas atau napasnya sangat cepat dari biasanya. Demam yang berlangsung bisa berlanjut 2-3 hari. "Curigai pneumonia kalau gejalanya berlanjut, (yakni) demam 2-3 hari. Tanda penting lainnya anak terlihat napasnya lebih cepat dari biasanya, sesak napas," ujar Nastiti, beberapa hari yang lalu.
Nastiti menyarankan jika anak mengalama gejala pneumonia, segeralah bawa ke rumah sakit guna mendapat pertolongan dini dan menyelamatkan nyawanya. Di Indonesia sendiri kematian kasus pneumonia setiap tahunnya cukup tinggi yakni sekitar 400-600 orang lalu melonjak hingga 1750 orang pada tahun 2017.
Sementara data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2017, pneumonia menjadi penyebab kematian balita kedua di Indonesia setelah persalinan preterm dengan prevalensi 15.5 persen. Data tersebut juga menyebutkan penyebabnya yakni belum terpenuhinya ASI eksklusif yakni hanya 54 persen, berat badan lahir rendah (10,2 persen), dan belum imunisasi lengkap (42,1 persen), polusi udara di ruang tertutup dan kepadatan yang tinggi pada rumah tangga merupakan di antaranya. (Yni)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan