Kesehatan

Cara Tepat Perawatan Pasien Kanker Paru-Paru di Masa Pandemi

Dwi AstariniDwi Astarini - Jumat, 27 Agustus 2021
Cara Tepat Perawatan Pasien Kanker Paru-Paru di Masa Pandemi

Penting bagi pasien kanker paru-paru untuk mendapatkan perawatan selama pandemi. (foto: pexels/ shvets production)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

PANDEMI membuat masyarakat ragu menyambangi fasilitas kesehatan. Sebisa mungkin, banyak yang meminimalisasi kemungkinan berkunjung ke rumah sakit dan hanya ke sana jika benar-benar ada situasi mendesak. Lalu bagaimanakah dengan orang dengan komorbid yang harus rutin memeriksakan kondisinya? Salah satunya ialah pasien kanker.

Pasien kanker paru-paru diimbau tetap patuh pada pengobatan dan rutin kontrol dengan dokter masing-masing di tengah masa pandemi COVID-19. Prof Dr dr Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, MPdKed, FINASIM, FACP, dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi dan onkologi medik dan Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI), menyebut penting bagi pasien kanker paru-paru untuk tidak menunda pengobatan kanker. Hal tersebut demi menghindari risiko cepatnya penyebaran sel kanker.

BACA JUGA:

Lelah Setelah Menjadi Vegan? Ada Apa?

Ia mengatakan pasien kanker paru sangat rentan terhadap virus COVID-19 sehingga memerlukan perhatian khusus. "Dalam menjalani perawatan di masa pandemi, pasien harus tetap memperhatikan keselamatan dirinya dengan melakukan screening COVID-19, melakukan prokes ketat serta menjaga imunitas tubuh dengan asupan gizi yang baik," ujarnya saat peringatan Hari Kanker Paru Sedunia 2021.

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah menetapkan definisi penyakit kanker adalah suatu kumpulan penyakit yang disebabkan oleh kerusakan gen. "Penyakit kanker bersifat heterogen karena tergantung pada jenis mutasi gen yang terjadi pada sel dalam organ tubuh seseorang," urainya.

kanker paru-paru
Prof Dr dr Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, MPdKed, FINASIM, FACP sarankan pasien harus tetap memperhatikan keselamatan dirinya. (foto: istimewa)

Dalam kesempatan tersebut, para dokter mengungkapkan pada laki-laki, paru-paru menjadi salah satu organ tubuh manusia yang sering terpapar kanker. Penyakit kanker paru-paru juga merupakan penyebab kematian akibat kanker tertinggi di dunia.

Menurut Global Cancer Statistic (Globocan) 2020, terdapat 1.796.144 kematian akibat kanker paru di dunia. Di Indonesia, angka kejadian kanker paru meningkat dari sebelumnya 30.023 pada tahun 2018 menjadi 34.783 pada tahun 2020. Angka kematian akibat kanker paru juga meningkat dari sebelumnya 26.069 pada 2018, menjadi 30.843 pada tahun 2020.

Seperti penyakit kanker lain, manajemen kanker dilakukan oleh Tim Multidisiplin/MDT, yaitu kerja sama dengan berbagai disiplin ilmu kedokteran seperti bidang ilmu bedah onkologi, radiologi, ahli patologi, radioterapi, medikal onkologi, dan bidang ilmu lainnya. Golden standard (baku emas) dalam penetapan/diagnosis kanker paru ditentukan oleh ahli patologi anatomik dengan pemeriksaan sampel jaringan yang diambil melalui biopsi jarum atau dengan biopsi terbuka ke organ paru. Selanjutnya ahli patologi akan menetapkan diagnosis kanker paru, yaitu menetapkan jenis dan derajat keganasannya.

Setelah diagnosis ditegakkan, tim multidisiplin akan menetapkan stadium dan rencana penanganan ataupun pengobatan. "Sampai saat ini, belum ada teknik ataupun sistem yang ditetapkan WHO untuk dapat dipakai dalam skrining ataupun deteksi dini kanker paru. Di beberapa negara maju, skrining ataupun deteksi dini menggunakan pemeriksaan paru dengan pemeriksaan radiologi Low Dose CT Scan (CT Scan dosis rendah)," jelasnya.

Oleh karena sulitnya mendeteksi kanker paru secara dini, maka penelitian banyak ditujukan pada pengendalian faktor risiko, agar dapat menurunkan angka kejadian maupun kematian kanker paru. Salah satu faktor risiko penyebab kanker paru adalah paparan asap rokok serta polusi lingkungan.

BACA JUGA:

Apa yang Harus Dilakukan Jika Alami Infeksi 'COVID-19 Breakthrough'?

Dengan tingginya angka perokok di Indonesia, ditambah lagi dengan tingginya polusi membuat setiap orang berpotensi mengidap kanker paru. Untuk itu perlu mengambil langkah-langkah untuk mulai mengurangi dan menghindari paparan dari bahan-bahan berbahaya terutama asap rokok serta polusi lingkungan. Oleh karena itu tetap biasakan untuk memeriksakan diri terutama paru secara teratur ke dokter di fasilitas kesehatan setempat terutama bagi perokok aktif maupun pasif, walaupun situasi pandemi COVID-19.

"Apabila seseorang terdiagnosis kanker paru, maka kami menghimbau agar pasien tersebut tetap semangat dan tidak takut untuk ke rumah sakit guna mendapatkan pengobatan yang memadai karena sudah ada prokes ketat,” jelas Aru.

pasien kanker paru-paru
dr Evlina Suzanna Sinuraya, Sp.PA menyebut gejala kanker paru-paru berbeda pada tiap orang. (foto: istimewa)

Dalam kesempatan yang sama, dr Evlina Suzanna Sinuraya, Sp.PA, Spesialis Patologi Anatomi RS Kanker Dharmais menjelaskan kanker paru biasanya dikelompokkan menjadi dua jenis utama yang disebut small cell lung cancer (SCLC/kanker paru sel kecil) dan non-small cell lung cancer (NSCLC/kanker paru bukan sel kecil). Jenis kanker paru ini tumbuh secara berbeda dan diobati secara berbeda pula. Namun pada dasarnya, NSCLC lebih umum terjadi dibandingkan SCLC.

"Gejala kanker paru bisa berbeda pada setiap orang. Bisa jadi berhubungan langsung dengan paru-parunya namun jika kanker tersebut sudah menyebar, maka gejala akan lebih spesifik pada bagian tubuh yang terkena penyebarannya," jelasnya. Baik NSCLC maupun SCLC, gejala umum yang bisa dilihat seperti batuk yang tak kunjung hilang, batuk darah, nyeri dada hingga sesak napas, penurunan berat badan yang drastis, sakit kepala, hingga sakit tulang.

Dalam 15 tahun terakhir telah banyak perkembangan keilmuan dalam hal biologi molekuler dan patologi yang tentu saja hal ini berakselerasi dengan perkembangan pengobatan terhadap kanker paru. Namun demikian hasil akhir pengobatan sangat erat kaitannya dengan kondisi pasien saat pertama kali terdiagnosis. Apakah dalam stadium dini, yang artinya tumor dalam diameter yang kecil dan belum terjadi penyebaran baik ke kelenjar getah bening maupun ke organ lainnya seperti otak, atau pasien datang dalam kondisi stadium lanjut.(Avia)

BACA JUGA:

AI akan Bisa Mendiagnosis Demensia dalam Satu Kali Pemindaian

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Indonesia
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
Diharapkan mempermudah para pengguna moda transportasi publik, komuter, pekerja, dan warga sekitar dalam mengakses layanan kesehatan yang cepat, nyaman, dan profesional.
Dwi Astarini - Rabu, 22 Oktober 2025
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
ShowBiz
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
Konsumsi suplemen zat besi sejak dini penting bagi perempuan.
Dwi Astarini - Selasa, 14 Oktober 2025
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
Lifestyle
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Hanya dengan 15 menit 9 detik gerakan sederhana setiap hari, partisipan mengalami peningkatan suasana hati 21 persen lebih tinggi jika dibandingkan ikut wellness retreat.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Indonesia
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Penonaktifan itu dilakukan BPJS Kesehatan karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan menunggak pembayaran iuran sebesar Rp 41 miliar.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Terlalu sering mengonsumsi mi instan bisa membuat usus tersumbat akibat cacing. Namun, apakah informasi ini benar?
Soffi Amira - Rabu, 08 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Bagikan