Hati Diselimuti Duka Harus Tetap Tangguh


Jangan selalu berduka. (Foto: pixabay/Free-Photos)
DATA dari JHU CSSE COVID-19 dan Our World Data menunjukkan bahwa ada lebih dari 140 ribu kematian yang disebabkan oleh COVID-19 di Indonesia per 19 September 2021.
Artinya, dalam waktu satu setengah tahun terakhir, banyak dari kita yang mengalami kehilangan, mulai dari kehilangan orang-orang terdekat, pekerjaan, rutinitas, cara hidup, hubungan, bahkan mungkin tujuan hidup.
Baca Juga:
Sebelum pandemi COVID-19, rasa duka karena kehilangan orang terkasih bisa diredakan dengan beberapa distraksi, mulai dari bekerja, berkumpul bersama keluarga dan teman terdekat, atau berkomitmen untuk menekuni hobi tertentu.
Kini, segelintir berita duka terus berdatangan dan kita hanya bisa bersedih di rumah saja, sambil berusaha untuk baik-baik saja walau keadaan hati sebenarnya malah sebaliknya.

Dikutip dari Health, melakukan strategi coping mechanism merupakan salah satu anjuran para ahli untuk membantumu mengatasi tekanan emosional dan gejala fisik yang terkait dengan rasa duka dan kesedihan.
"Tanpa ada strategi coping yang sehat, mereka yang berduka bisa mengalami depresi yang serius dan berkepanjangan. Ketika ini terjadi, orang yang berduka bisa lupa makan, tidak melakukan perawatan diri yang sehat, dan kesehatan juga bisa menurun," ungkap psikolog klinis Carla Marie Manly, PhD, kepada Health.
Baca Juga:
Dikutip dari Good Therapy, coping mechanism merupakan strategi yang dilakukan orang untuk menghadapi stres dan/atau trauma untuk membantu mengatur rasa sakit atau emosi yang sulit. Coping mechanism mampu membantu orang untuk menyesuaikan diri pada peristiwa traumatik dan membantu mereka secara emosional.
Setiap orang memiliki aktivitas coping mechanism yang berbeda-beda. Ada yang melakukannya dengan cara berbagi pengalaman pahit pada teman terdekat, ada juga yang memilih untuk pergi ke terapis.

Strategi coping terbaik adalah dengan cara menerima perasaanmu sendiri, dan jangan menolak atau menunda emosi yang kamu rasakan. Artinya, menangislah tersedu-sedu jika kamu sedih, dan marahlah jika kamu ingin marah. Tidak usah menganggap bahwa emosi tersebut adalah hal yang buruk atau salah.
Biarkan dirimu untuk melewati proses itu agar kamu bisa mengenali emosimu sendiri. Selanjutnya, coba pikirkan apa lagi kegiatan coping mechanism yang biasa kamu lakukan. Pikirkan tentang kegiatan yang sering kamu lakukan ketika sedang stres atau sedih, mulai dari berolahraga, melukis, atau membaca. Meski begitu, hindari kegiatan yang berujung negatif seperti stress-eating.
Kamu juga bisa membuat ritual berduka untuk mengenang dan memberikan penghormatan bagi orang terkasih yang sudah meninggal. Ciptakan taman kecil untuk peringatan mendiang, atau mengunjungi pemakaman.
"Semakin kamu menghormati hal-hal sakral ketika berduka mengingatkan bahwa semakin parah kamu bersedih, menunjukkan juga seberapa keras kamu pernah mencintai," ungkap Manly. Maka dari itu, kamu juga bisa melewati kesedihan dengan cara yang sehat dan penuh kasih. (shn)
Baca Juga:
Bagikan
annehs
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja

Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja

Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja

Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
