Enggak Cengeng, Pebisnis Kopi Monika Zendrato Gaungkan Social Movement


Monika zendrato berhasil survive sekaligus berbagi di masa sulit pandemi COVID-19 (Foto: instagram @monikazendrato)
PENYEBARAN Virus Corona di Indonesia mematikan berbagai sektor bisnis. Tak terkecuali di bidang Food and Beverages atau F&B. Akibatnya, omzet para pebisnis menurun drastis. Mereka juga terpaksa melakukan PHK terhadap karyawannya.
Pegiat sekaligus pebisnis kopi Monika Zendrato mengalami hal ini. Bisnis kedai kopi Monika yang berada di mal terpaksa ia tutup. Hal ini sejalan dengan imbauan PSBB pemerintah yang menutup mal demi memutus rantai penyebaran COVID-19.
Baca juga:
Masih Bingung Cara Ikut Gerakan Barista Asuh? Gampang Benget, Ini Panduannya!
"Buat saya sih dampaknya cukup besar, karena Burgreens Kemang Village adanya di mall, jadi mesti tutup dua bulan, sehingga enggak ada penghasilan dari sana. Terus sebelum penutupan karena PSBB itu juga membuat sales menurun," tutur Monika kepada merahputih.com.
Namun, di saat masa-masa sulit pandemi Virus Corona, peraih juara 3 IBRC 2020 tersebut tak lantas cengeng dan menyerah begitu saja. Perempuan yang kini tengah menempuh pendidikan S2 di The Collective Institute Jakarta itu justru terpacu untuk jadi lebih kreatif.

Monika memutar otak agar bisa berinovasi dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dan mendapat penghasilan. Bahkan, ia turut mencari cara untuk berbagi kepada orang lain di masa sulit ini. Namun dengan catatan tetap menyesuaikan dengan peraturan PSBB yang ada dan dengan ketat melakukan protokol kebersihan.
Akhirnya Monika memiliki ide dengan membuat sebuah social movement bernama MARUMON. Meski Monika merasa kesulitan saat penjualan menurun di masa pandemi, tapi Monika menganggap dia masih mampu dalam berbagai hal.

Monika merasa masih beruntung walau dunia terserang COVID-19. Karena baginya dia masih memiliki rumah, bisa membeli bahanan makanan, dan berobat. Namun Monika sadar jika banyak orang-orang di luar sana yang tak seberuntung dirinya.
"Saya merasa bersyukur selalu berkecukupan, tapi banyak orang diluar yang tidak seberuntung saya, lalu hati saya tergerak dan mengatakan 'apa yang bisa saya berikan ke orang lain yang membutuhkan dalam keadaan ini?' akhirnya saya memutuskan untuk membuat MARUMON (Makanan Rumah Monika)," jelas Monika.
MARUMON merupakan wadah perantara bagi dirinya dan teman-teman yang ingin berbagi kepada orang yang membutuhkan dengan cara donasi makanan.
Cara kerja MARUMON ialah Monika terlebih dahulu membuat PO 1, di mana orang-orang bisa ikut untuk menyumbang tanpa minimum order/minimum nominal transfer. Tentunya sesuai kerelaan hati dan kemampuan setiap orang.
Saat ini MARUMON telah sampai pada kegiatan berbagi ke-7. Namun berbeda dengan sebelumnya, Monika tak membuka PO, melainkan membuka semacam jangka waktu dua minggu untuk memberi kesempatan bagi yang ingin menyumbang melalui donasi makanan ini tanpa minimum transfer.
Tapi saat kegiatan berbagi yang ke-7, makanan yang akan diberikan bukan dari Rumah Monika, melainkan akan dibeli dari pelaku usaha warteg maupun PKL. Hal itu bertujuan agar bisa membantu para pelaku usaha kecil tersebut untuk survive di masa pandemi ini.
Baca juga:
Meski Kondisi Sulit, Riri Mestika Tetap Dukung Barista Asuh untuk Bangkitkan Semangat Para Barista
Memesan makanan dari PKL atau Warteg secara otomatis membuat mereka jadi belanja lagi ke pasar untuk membeli bahan baku. Dengan begitu, social movement itu turut berperan membantu roda ekonomi Indonesia tetap berputar.
Selain MARUMON, Brewers yang sempat belajar di ABCD School of Coffee itu pun membangkitkan kembali brand kopi miliknya yang sudah tutup enam tahun lalu, yakni MOFFEE. Brand kopi tersebut pernah beroperasi sekitar 1,5 tahun di kawasan Universitas Indonesia, Depok sebelum akhirnya ditutup.
Saat itu Monika memilih menutupnya karena memutuskan untuk belajar lebih dalam tentang kopi. Kini MOFFEE kembali berjalan sebagai brand penyedia minuman kopi susu untuk kegiatan awal-awal donasi.
Setelah itu, ketika ada kegiatan #SatuDalamKopi di Tokopedia, Monika memutuskan untuk turut serta dan jualan di tokopedia.com/marumon. Pada gerakan tersebut, Monika mengalokasikan 15% dari hasil penjualan yang dia dapat untuk kegiatan berbagi makanan kepada yang membutuhkan.
Setelah pandemi mulai memasuki fase new normal, setiap orang tentu memiliki cara yang berbeda menghadapinya. Begitu juga bagi Monika yang juga menjabat sebagai Business Analyst Project Management di salah satu startup. Dia mengatakan kita tak boleh kalah dengan keadaan.
"Menghadapi new normal itu dengan iman, harapan dan cinta, kita harus punya fondasi iman yang kuat untuk selamat dari badai, jangan biarkan masa lalu, emosi dan keadaan saat ini mengendalikan hidup kita," tutur Monika.
Lebih lanjut, Monika juga menyampaikan agar setiap orang tak perlu khawatir tentang masa depan. Kita harus menemukan nilai tersembunyi dan mempertahankan pola pikir realistis dan optimistis yang positif.
Monika percaya new normal mengajarkan kita bagaimana untuk melepaskan, mengendalikan hati, memperkuat iman dan saling menyemangati. (ryn)
Baca juga:
Barista Asuh, Bukti Industri Kopi Indonesia tak Pernah Cengeng dan Mengeluh
Bagikan
Berita Terkait
The Wolf Espresso Perpanjang Umur Ampas Kopi dalam Gelas Keramik

Reaksi Kesal Prabowo Ketika Stafnya Salah Sajikan Teh Bukan Kopi

Google Bikin Doodle Kopi Susu Gula Aren Cuma di Indonesia, Ada Tips Membuatnya Juga Lho

Dukung Gaya Hidup Sehat, ini nih Manfaat Sehat Jus Cold-Pressed

Indonesia Catatkan Surplus Ekspor Kopi, Lampung Jadi Daerah Terbesar Kirim ke Luar Negeri

Kedai Kopi di Indonesia Meningkat 3 Kali Lipat, Masih Banyak Potensi

Pramono Dukung Kopi Indonesia Kuasai Dunia, Ekonomi Kreatif di Jakarta Bakal Terus Didorong

Berburu Biji Kopi dalam Pameran Kopi Internasional World of Coffee Jakarta 2025

Lewat Roemah Koffie, Jerry Hermawan Lo Bawa Misi Kembalikan Kejayaan Kopi Nusantara

Kisah 'Rambadia', Varian Kopi Teranyar dari Roemah Koffie
