Cahaya Merah Misterius Terdeteksi di Pusat Bima Sakti


Penemuan menggunakan teleskop WHAM.(Foto: Unsplash/Jongsoon Lee)
BERSINAR dari daerah yang dikenal sebagai 'Tilted Disk.' Mampu menjelaskan sumber fundamental kekuatan galaksi spiral kita.
Para astronom menggunakan WHAM (Wisconsin H-Alpha Mapper), teleskop yang berbasis di Cili, untuk mencari fenomena di luar angkasa.
Baca juga:

Dilansir laman Mirror, ini adalah tanda gas hidrogen terionisasi yang berasal dari bintang-bintang yang baru terbentuk. Para pakar mendiagnosis sumbernya dengan membandingkan warna lain dari cahaya yang tampak yang berasal dari nitrogen dan oksigen terionisasi.
Tilted Disk, dinamai sesuai orientasinya yang terletak di wilayah pusat Bima Sakti. Bergetar dengan hidrogen yang telah terionisasi, dilucuti elektron sehingga sangat berenergi.
"Tanpa sumber energi yang berkelanjutan, elektron bebas biasanya menemukan satu sama lain dan bergabung kembali untuk kembali ke keadaan netral dalam waktu yang relatif singkat. Mampu melihat gas terionisasi dengan cara baru seharusnya membantu kita menemukan jenis sumber yang bisa bertanggung jawab untuk menjaga agar semua gas itu tetap berenergi,” jelas Dr Lawrence Haffner, dari Embry-Riddle Aeronautical University, Florida.
Rekannya Profesor Bob Benjamin, dari University of Wisconsin-Whitewater, melihat data WHAM senilai dua dekade ketika dia melihat red flag. Bentuk aneh yang muncul dari gelapnya pusat Bima Sakti adalah gas hidrogen terionisasi yang tampak merah dan bergerak ke arah Bumi. Posisi fitur tidak dapat dijelaskan oleh fenomena fisik yang diketahui seperti rotasi galaksi.
Dr Haffner mengatakan, "Mampu membuat pengukuran ini dalam cahaya optik memungkinkan kita untuk membandingkan inti Bima Sakti dengan galaksi lain dengan lebih mudah.”
Baca juga:

Banyak penelitian sebelumnya telah mengukur kuantitas dan kualitas gas terionisasi dari pusat ribuan galaksi spiral di seluruh alam semesta. Untuk pertama kalinya mereka dapat membandingkan secara langsung pengukuran dari galaksi mereka dengan populasi besar itu.
Peneliti bernama Dhanesh Krishnarao, mahasiswa pascasarjana di University of Wisconsin-Madison, memanfaatkan model yang ada untuk memprediksi berapa banyak gas yang seharusnya ada. Data mentah dari teleskop WHAM memungkinkan dia untuk memperbaiki kalkulasinya sampai tim memiliki gambar 3-D akurat dari struktur.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances, mengungkapkan sekitar setengah dari hidrogen telah terionisasi oleh sumber yang tidak diketahui. "Bimasakti sekarang dapat digunakan untuk lebih memahami sifatnya," kata Krishnarao. Struktur gas terionisasi berubah ketika bergerak menjauh dari pusat Bima Sakti, Sebelumnya, para ilmuwan hanya tahu tentang gas non-ion yang terletak di wilayah itu.
"Gas terionisasi oleh bintang-bintang yang baru terbentuk. Namun ketika kamu bergerak semakin jauh dari pusat, segalanya menjadi lebih ekstrem. Gas tersebut menjadi serupa dengan kelas galaksi yang disebut LINER, atau daerah emisi ionisasi rendah (nuklir)," tambah Krishnarao.
Para peneliti mengungkapkan, struktur itu tampaknya bergerak menuju Bumi karena berada di bagian dalam orbit elips ke lengan spiral Bimasakti.
Galaksi-galaksi berjenis LINER seperti Bima Sakti membentuk sekitar sepertiga dari semua galaksi. Mereka memiliki pusat dengan lebih banyak radiasi daripada galaksi yang hanya membentuk bintang-bintang baru. Namun lebih sedikit radiasi daripada mereka yang lubang hitam supermasifnya secara aktif mengkonsumsi sejumlah besar bahan.
"Sebelum penemuan oleh WHAM, Galaksi Andromeda adalah spiral LINER terdekat dengan kita. Namun itu masih jutaan tahun cahaya. Dengan inti Bima Sakti hanya puluhan ribu tahun cahaya, kita sekarang dapat mempelajari wilayah LINER lebih terinci. Mempelajari gas terionisasi yang diperluas ini akan membantu kita mempelajari lebih lanjut tentang lingkungan saat ini dan masa lalu di pusat Galaxy kita," kata Dr Haffner.
Para peneliti sekarang berencana untuk mencari tahu sumber energi di pusat Bima Sakti. Mampu mengelompokkan galaksi berdasarkan tingkat radiasi adalah langkah pertama yang penting menuju tujuan itu.
Dr Haffner menambahkan, "Dalam beberapa tahun ke depan, kami berharap dapat membangun pengganti WHAM. Mampu memberi kami pandangan yang lebih tajam tentang gas yang kami pelajari.
Ia menambahkan, saat ini 'piksel' peta mereka dua kali ukuran bulan purnama. WHAM telah menjadi alat yang hebat untuk menghasilkan survei semua-langit pertama gas ini. Namun mereka haus untuk perincian lebih lanjut sekarang. (lgi)
Baca juga:
Astronaut Berbagi Swafoto Menakjubkan Selama Perjalanan Angkasa Luar
Bagikan
Leonard
Berita Terkait
Dampak Ledakan Stasiun Pengumpul Pertamina: Pasokan Gas ke Warga Subang Terhenti

Ledakan Pipa Gas di Subang Memakan Korban, Pertamina Lakukan Investigasi

Ledakan Kebocoran Gas Pertamina di Subang, Pegawai Alami Luka Bakar Parah hingga 80 Persen

Masyarakat Jadi Korban Bright Gas Palsu, Pertamina Imbau Beli di Agen Resmi

Bekasi Dihantui Bau Misterius, Antara Kepanikan Warga dan Upaya BPBD Mengungkap Tabir!

Warga Bekasi Cium Bau Mirip Gas Bocor, BPBD dan PGN Cari Tahu Penyebabnya

KPK Tahan Eks Direktur PGN Terkait Kasus Korupsi Jual Beli Gas

KPK Tahan Direktur Komersial PT PGN dan Komisaris PT IAE Tersangka Korupsi Jual Beli Gas

Pemerintah DKI Tidak Permasalahkan Harga Mahal Elpiji 3 Kilogram di Pengecer, Sebut Permainan Pasar

Toko Pengecer Jadi Sub Pangkalan Kembali Menjual Gas LPG 3 Kg Bersubsidi
