Butuh Kreativitas Cara Tepat Ajarkan Anak Tentang Pubertas


Butuh kreativitas untuk menjelaskan pubertas pada anak-anak. (Foto: Unsplash/Tanaphong Toochinda)
BUTUH kreativitas orangtua untuk menyampaikan masa-masa puber pada anak-anaknya. Kreativitas yang bisa berupa ide, cara penyampaian sampai metode membuka wawasan dan pengetahuan luas mengenai perkembangan tubuh anak.
Tahapan perkembangan tubuh pada anak merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan. Rasa penasaran dan kekhawatiran dengan mulai membandingkan bagian dan kondisi tubuh tentunya akan terjadi seiring dengan perubahan yang mereka rasakan. Perbedaan suara hingga pengalaman menstruasi, bagi anak perempuan, bisa jadi bahan pertanyaan anak-anak yang mulai memasuki masa puber.
Baca Juga:
Menurut Penelitian, Hubungan Paling Romantis Berawal dari Teman

Ketika masa pubertas datang lebih awal kita mungkin menganggapnya sebagai sesuatu yang baik. Namun berbeda dengan apa yang dirasakan para anak. Sebab bukan sesuatu yang mudah untuk menjadi yang pertama dalam kelompoknya. Terlebih menjadi pertama yang merasakan sesuatu yang membingungkannya.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh American Academy of Pediatrics pada tahun 2018, menemukan bahwa anak perempuan yang memasuki masa pubertas lebih awal daripada teman sebayanya, menghadapi risiko masalah kesehatan mental yang lebih tinggi. Seperti depresi yang dapat berlanjut hingga dewasa.
Kelsey Torgerson Dunn, spesialis kecemasan anak dan remaja di Compassionate Counseling di St. Louis, menjelaskan bahwa memulai percakapan pada anak-anak mengenai masa pubertas bukan sesuatu yang salah. Orangtua bisa memulainya dengan bertanya mengenai apa yang mereka ketahui mengenai pubertas. Kesempatan ini dapat mereka gunakan untuk meluruskan ataupun memastikan tidak terdapat kesalahpahaman. Berikut beberapa cara yang dapat kamu terapkan saat sedang membicarakan mengenai pubertas pada anak.
1. Buat aturan
Sebelum memulai pembicaraan mengenai pubertas lebih dalam, Kelsey Torgerson Dunn menjelaskan bahwa ada baiknya jika orangtua memberikan beberapa peraturan terkait pubertas pada anak yang masih belia. Seperti jangan menyentuh dan melihat bagian pribadi milik orang lain, jangan memperlihatkan bagian pribadi pada orang lain. Kemudian tidak bertindak dan berbicara dengan frontal sehingga membuat orang lain merasa terganggu. Lalu jika ingin menyentuh bagian pribadi, lakukanlah saat saat sedang sendiri.
Baca Juga:
2. Pendapat anak

Jika anak hampir mencapai usia remaja, beberapa percakapan mengenai peraturan terkait hubungan percintaan mulai dapat kamu tanyakan. Seperti usia yang tepat untuk mulai berkencan, disertai pula dengan menanyakan pendapat mereka mengenai hal tersebut. Buat percakapan menjadi lebih terbuka dan jangan terlihat menggurui. Sebab dengan begitu, anak dapat menjadi lebih dihargai dan dapat bersifat terbuka, sehingga anak tidak memiliki sesuatu yang ditutup-tutupi.
Louise Greenspan, ahli endokrinologi pediatrik di Kaiser Permanente di San Francisco, menganjurkan pembicaraan terkait pubertas dapat dimulai saat anak berusia enam atau tujuh tahun. Dengan begitu anak telah memiliki dasar dan tidak menganggap bahwa pubertas adalah sesuatu yang menakutkan.
Untuk menghindari rasa tidak nyaman yang ditimbulkan dari pembicaraan ini. Orangtua bisa menjelaskan alasan mengapa pembicaraan ini perlu untuk diteruskan dan diketahui. Orangtua bisa menjelaskan bahwa pubertas dan perkembangan seksual merupakan sesuatu yang penting untuk diketahui anak.
3. Penjelasan kepada anak

Pubertas yang dikatakan datang lebih awal terjadi sebelum anak perempuan berusia delapan tahun dan laki-laki berusia sembilan tahun. Jika anak perempuan mengalami pubertas pada usia lima tahun, kemungkinan dia akan mendapatkan menstruasi lebih cepat dibandingkan anak seusianya.
Sementara jika anak laki-laki yang mengalami pubertas dini, mereka cenderung akan memiliki tubuh yang lebih pendek. Karena tubuh mereka akan selesai mengalami pertumbuhan lebih awal jika dibandingkan dengan teman sebayanya. Perbedaan ini dapat memunculkan perasaan khawatir dan takut untuk pergi ke sekolah.
Namun yang terpenting sebagai orangtua harus menjelaskan bahwa perubahan yang dirasakan sang anak merupakan sesuatu yang normal. Sebab seluruh anak-anak dan remaja akan terus bertambah besar karena mengalami pertumbuhan pada tubuh. Hanya saja tubuh mereka matang dengan lebih cepat dengan teman-teman sebayanya. (cit)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami

Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat

Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak

Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain

Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa

Dokter Bocorkan Cara Ajaib Bikin Anak Berprestasi Hanya dengan Musik

Bahaya Gawai Mengintai Si Kecil, Dokter Peringatkan Dampak Buruknya pada Kebiasaan Makan dan Tumbuh Kembang!

Wujudkan Kebersamaan dan Keakraban, LEGO Kampanyekan 'Main Bareng Bangun Silaturahmi' Ajak Seluruh Keluarga Kumpul di Ramadan
Parents, Lakukan 6 Hal ini untuk Mengajarkan Anak Berpuasa

Konglomerat Besar Korsel Dorong Karyawan untuk Memiliki Anak, Janjikan Banyak Insentif hingga Bonus Tunai
