Sains

Bulan Bertabrakan dengan Bagian Roket yang Dibuang

Dwi AstariniDwi Astarini - Sabtu, 05 Maret 2022
Bulan Bertabrakan dengan Bagian Roket yang Dibuang

Bagian roket akan menabrak bulan. (NPR)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

BEBERAPA bagian roket yang dibuang akan menabrak bulan. Demikian disampaikan para ilmuwan yang pertama kali memperkirakan tabrakan pada Januari 2022. Bagian roket dengan berat tiga ton, yang meluncur melalui ruang angkasa dengan kecepatan 5.800 mph, diperkirakan mengenai bulan pada pukul 12.25 GMT pada Jumat (4/3). Efek dari tumbukan di bulan diperkirakan kecil.

Para astronom pertama-tama mengira bagian roket telah diluncurkan program SpaceX Elon Musk dan kemudian mengatakan itu merupakan milik Tiongkok. Namun, hal itu kemudian disangkal negara tersebut. Para ilmuwan berharap dapat mempelajari kawah selebar 10-20 m dan gumpalan debu bulan yang tercipta saat tabrakan.

BACA JUGA:

Chang’e 5 Temukan Air di Bulan

Bagian roket pertama kali terlihat dari Bumi pada Maret 2015. Sebuah survei ruang angkasa yang didanai NASA di Arizona melihatnya, tetapi dengan cepat kehilangan minat ketika objek itu terbukti bukan asteroid.

Bagian roket merupakan apa yang dikenal sebagai sampah luar angkasa, perangkat keras yang dibuang dari misi atau satelit tanpa bahan bakar atau energi yang cukup untuk kembali ke Bumi. Beberapa bagian lebih dekat dengan kita, tepat di atas Bumi. Namun, yang lain, seperti alat pendorong, berada ribuan mil jauhnya di orbit tinggi, jauh dari atmosfer Bumi.

bulan
Teleskop warga Inggris menangkap sampah alat pendorong roket itu ketika mengamati langit di Newbury. (BBC)

Badan Antariksa Eropa memperkirakan sekarang ada 36.500 keping sampah luar angkasa yang berukuran lebih dari 10 cm. Tidak ada program luar angkasa atau universitas yang secara resmi melacak sampah luar angkasa, karena ruang pemantauan yang mahal dan risiko yang didatangkan bagi manusia dari puing-puing orbit tinggi itu rendah.

Jadi, permasalahan sampah luar angka itu jatuh ke segelintir astronom sukarelawan yang menghabiskan waktu luang mereka membuat perhitungan dan memperkirakan orbit. Mereka mengirimkan sureal dan peringatan bolak-balik, meminta siapa pun yang berada di lokasi terbaik di planet ini untuk melihat objek di luar angkasa.

Enam minggu setelah sampah alat pendorong roket itu pertama kali terlihat, Peter Birtwhistle, 63, sedang mengamati langit untuk mencari asteroid dari kebunnya di Newbury, di selatan Inggris. Teleskopnya menangkap sebuah titik kecil dari pelacakan cahaya di langit. "Perhitungan menunjukkan itu merupakan bagian dari roket," katanya kepada BBC News (4/3).

Sampah luar angkasa masuk dan keluar dari pandangan, seringkali tidak terduga. Selama tujuh tahun, dia hampir tidak melihat bagian roket, sampai pada bulan Januari, sampah itu muncul kembali. "Saya mengambil beberapa gambar ketika melintas di dekat Bumi," jelasnya.

bulan
Para ilmuwan berharap dapat mempelajari kawah dan gumpalan debu bulan yang tercipta saat tabrakan. (US News)

Dia mengirim fotonya ke astronom dan ilmuwan data Bill Gray, di pantai timur Amerika Serikat. Dia adalah ahli yang kemudian mengidentifikasinya sebagai pendorong SpaceX menuju Bulan. Berita bahwa bagian yang dibuang dari salah satu misi luar angkasa miliarder Musk akan menyerang Bulan menjadi berita utama global.

Namun, melacak sampah antariksa seringkali merupakan "pekerjaan detektif," jelas Gray. Lambang roket tidak dapat dilihat, para astronom harus menyatukan identitasnya dengan melacak rutenya ke belakang melalui ruang angkasa. Mereka kemudian mencocokkan orbitnya dengan tanggal dan lokasi peluncuran dan lintasan roket. Namun, beberapa misi luar angkasa, termasuk Tiongkok, tidak mempublikasikan rute mereka.

"Untuk misi Tiongkok, kami tahu tanggal peluncurannya karena mereka disiarkan di televisi. Jadi saya menduga itu akan sampai ke Bulan, biasanya dalam empat atau lima hari. Kemudian saya menghitung perkiraan orbitnya," jelas Gray.

Dan, terkadang dia melakukan kesalahan. Beberapa minggu setelah identifikasi SpaceX, pengamat lain mengirimi Mr Gray data baru, mengungkapkan bahwa identifikasinya tidak mungkin. Dia menghitung angka lagi dan menyimpulkan itu adalah roket tahap ketiga dari misi bulan Tiongkok Chang'e 5-T1, diluncurkan pada Oktober 2014. Pihak Tiongkok membantahnya, dengan mengatakan bahwa tingkat atas telah memasuki kembali atmosfer bumi dan terbakar.

Gray berpegang teguh pada prediksinya. Dia yakin China telah mencampuradukkan pelacakan dua bagian roket. "Saya 99,9 persen yakin itu Tiongkok 5-T1," katanya. Pada kenyataannya, kita tidak akan pernah yakin.

Prof Hugh Lewis, dari University of Southampton, mengatakan nilai ilmiah dari pelacakan sampah luar angkasa terbatas. Tapi dia mengatakan penting untuk mengawasi apa yang ada di sana, terutama karena pemukiman manusia di luar angkasa menjadi lebih mungkin.

"Ini kekacauan yang kami buat. Objek yang kami pikir aman sebenarnya bisa kembali ke Bumi secara tak terduga," katanya.

Dari mana pun asalnya, kita tidak akan melihat saat-saat terakhir keberadaan pendorong itu ketika menabrak sisi jauh Bulan.

Bisa berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu sebelum dapat dikonfirmasi. Ini akan terjadi ketika dua satelit yang mengelilingi Bulan memotret kawah yang tersisa saat tumbukan. Dan, ketika alat pendorong pecah menjadi ribuan keping, bukti asal usulnya yang sebenarnya juga akan hilang.(aru)

#Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Dunia
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Stuart Semple klaim ciptakan warna cat baru hasil eksperimen ilmiah.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 26 April 2025
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Fun
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Ilmuwan temukan warna ‘olo’ — biru-hijau super pekat yang hanya terlihat dengan teknologi laser Oz.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 21 April 2025
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Bagikan