BNPT Gencarkan Vaksinasi Lawan Radikalisme


Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar. (Foto: MP/Ist)
MerahPutih.com - Selain ancaman COVID-19, penyebaran paham radikalisme dianggap tak kalah berbahaya. Keduanya sama-sama sebagai "virus" sehingga perlu "vaksin" untuk mencegahnya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar menganalogikan radikalisme sebagai virus yang menyebar sangat cepat karena kemajuan teknologi.
Ruang digital yang ada saat ini mempercepat proses radikalisasi dan mampu menjangkau pengguna internet di berbagai belahan dunia.
Baca Juga:
BNPT Pantau Aktivitas Pencarian Dana Lewat Kotak Amal
Boy mengungkapkan, untuk mencegah masuknya paham radikal itu, netizen bisa melakukannya dengan cara membagikan narasi dan konten yang dapat mengedukasi. Khususnya meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap Indonesia.
Harapannya, propaganda radikal terorisme dapat dieliminasi dengan narasi-narasi positif.
"Juga mengimbau agar tidak terkecoh dengan propaganda radikalisme terorisme yang dikemas dalam bentuk apa pun," kata Boy dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat (3/12).
Menurut jenderal bintang tiga Polri ini, tantangan terbesar bangsa saat ini adalah melawan ideologi-ideologi yang bertentangan dengan nilai kebangsaan.
Paham itu biasanya menghalalkan kekerasan dan biasanya dibalut dengan narasi agama.
Karenanya, tidak sedikit masyarakat terjebak, bahkan generasi muda menjadi korban.
"Hasilnya kekerasan fisik dan nonfisik terjadi, bermula dari membentuk kelompok eksklusif dan intoleran hingga melakukan aksi teror dengan tujuan jihad," kata pria lulusan AKPOL 1988 ini.
Baca Juga:
BNPT Minta Seleksi CPNS Diperketat, Biar Enggak Disusupi Paham Radikal
Boy mencontohkan, berdasarkan hasil survei yang dirilis Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta pada 2020 menunjukkan, 30,16 persen mahasiswa memiliki sikap toleransi beragama yang rendah.
Boy menyebut, rendahnya toleransi beragama tersebut harus direspons karena jika dibiarkan dapat menjadi bibit radikalisme dan terorisme.
Menurutnya, vaksin paling ampuh dalam mematikan virus radikalisme adalah Pancasila yang sarat toleransi dan solidaritas.
Pengaplikasian nilai Pancasila, kata Boy, dapat dilakukan dari lingkungan keluarga hingga tempat bekerja atau di setiap lini kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
Ia menganalogikan sebagai virus (ideologi kekerasan), vaksin yang paling pas adalah wawasan kebangsaan, nilai dalam ideologi Pancasila. Implementasi dan pengamalan Pancasila harus dilaksanakan.
"Jangan sampai narasi radikalisme masuk dalam kegiatan sehari-hari," tutup mantan Kapolda Banten dan Papua ini. (Knu)
Baca Juga:
Kepala BNPT Sebut Densus 88 Tetap Dibutuhkan dalam Penegakan Hukum Terorisme
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia

785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta

ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat

ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri

Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor

BNPT Beberkan 4 Sistem Deteksi Dini Cegah Terorisme di 2026

Pemerintah Bakal Coret Penerima Bansos yang Terbukti Terlibat Pendanaan Terorisme Hingga Tipikor

Cuma Modal KTP, Begini Cara Cek Dana Bansos PKH BPNT Juli 2025
