BMKG Jelaskan 3 Faktor Penyebab Gelombang Panas di Kawasan Asia Tenggara
Cuaca panas terik dapat meningkatkan kasus DBD. Foto: Unsplash/ Grooveland Designs
Merahputih.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gelombang panas banyak melanda sejumlah negara di Asia. Bahkan, di Vietnam dilaporkan suhu maksimum di beberapa bagian negara tersebut mencapai 44 derajat Celcius.
“Sementara itu di Filipina, fenomena gelombang panas menyebabkan pemerintah meliburkan sekolah-sekolah,” kata Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Fachri Radjab di Jakarta, Senin (6/5).
Fachri menyebut, serangkaian gelombang panas ini disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, gerakan semu matahari pada akhir April dan awal Mei ini berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara. Posisinya bertepatan dengan wilayah-wilayah Asia Tenggara daratan. Sementara Indonesia negara Kepulauan yang terpisah.
“Hal ini menyebabkan penyinaran matahari sangat terik dan memberikan background kondisi yang panas,” jelas Fachri.
Faktor kedua adalah anomali iklim El Nino tahun 2023-2024. Analisis data historis menunjukkan bahwa saat terjadi El Nino, wilayah Asia Tenggara daratan akan mengalami anomali suhu hingga mencapai 2 derajat di atas normal.
“Fenomena ini berlangsung periode Maret-April-Mei,” ucap Fachri
Adapun faktor ketiga yaitu pengaruh pemanasan global, yang menyebabkan suhu terus meningkat dari tahun ke tahun.
“Kombinasi ketiga faktor tersebut menyebabkan suhu udara pada April-Mei ini menjadi sangat ekstrem di wilayah Asia Tenggara,” jelas Fachri.
Fachri berharap, gelombang panas tak sampai merembet ke Indonesia. "Mudah-mudahan situasi tersebut tidak terjadi di Indonesia," pungkasnya.
Sekedar informasi, BMKG menegaskan bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas atau heatwave.
Baca juga:
BMKG Jelaskan Suhu Panas di Indonesia Merupakan Siklus Setiap Tahun
Suhu panas yang terjadi dipicu kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara.
Sehingga dimungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik. Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Indonesia.
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Hujan Ringan dan Petir Diprakirakan Mengguyur Wilayah Indonesia, Minggu (26/10)
Prakiraan BMKG: Mayoritas Kota Besar di Indonesia Hujan hingga Disertai Petir pada Jumat, 24 Oktober 2025
Prakiraan BMKG: Sejumlah Kota Besar di Indonesia Masih Akan Diguyur Hujan pada Kamis, 23 Oktober, dengan Intensitas Ringan hingga Disertai Petir
BMKG Imbau Warga Pesisir Jakarta Waspada Banjir Rob hingga 28 Oktober
Prakiraan BMKG: Hujan Ringan hingga Disertai Petir di Sejumlah Kota Besar di Indonesia pada Rabu, 22 Oktober 2025, Waspada Juga Gelombang Tinggi dan Banjir Rob
BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Jawa Timur 20-29 Oktober, Bisa Akibatkan Bencana Hidrometeorologi
Prakiraan BMKG: Hujan Ringan hingga Sedang Guyur Jakarta pada Rabu, 22 Oktober 2025
Prakiraan BMKG: Hujan Ringan hingga Sedang di Sejumlah Kota Besar di Indonesia pada Selasa, 21 Oktober 2025
Udara Jakarta Tidak Sehat Pada Selasa (21/10) Pagi, Terburuk ke-6 Dunia
Siklon Tropis Fengshen Turut Memengaruhi, Sulawesi Utara Akan Dilanda Cuaca Ekstrem hingga 26 Oktober