Bila Iran dan Amerika Berperang, Ini yang Bakal Terjadi di Indonesia
Tokoh AS dan Iran (Ant)
MerahPutih.com - Pengamat militer dan intelijen Soleman Pontho memprediksi tak akan terjadi perang terbuka antara Iran dan Amerika Serikat pasca terbunuhnya jenderal Qaseem Soleimani.
Menurut Soleman, Iran sepertinya tak punya nyali untuk menyerang langsung Amerika mengingat jumlah militernya di bawah Amerika.
Baca Juga:
"Kalau perang terbuka gak lah. Kekuatan antara Iran dengan Amerika jauh sekali. Ketika itu diserang Amerika sudah dipikir beberapa kali," kata Soleman kepada merahputih.com di Jakarta, Selasa (7/1).
Soleman melanjutkan, jika terjadi perang antara Amerika dengan Iran, maka dampak ke Indonesia juga kecil. Mengingat hubungan dengan Iran dan Amerika yang selama ini baik.
"Dampak ke indonesia gak ada. Karena hubungan Iran dan Amerika juga baik. Sehingga kalau terjadi perang dampaknya jauh," jelas Soleman.
Purnawirawan jenderal bintang dua ini juga beranggapan, mayoritas warga muslim di Indonesia juga beraliran Sunni berlawanan dengan Iran yang beraliran Syiah. Apalagi, syiah di Indonesia cenderung kecil jumlahnya.
"Sehingga efeknya tak terlalu kecang. Karena mayoritas paham Islam di Indonesia bertentangan dengan Iran," kata Soleman.
Soleman berharap agar Indonesia ikut berperan mendinginkan suasana dan tak ikut campur terlalu jauh dengan konflik di Iran.
"Saya kira perlu menurunkan tensi agar tak terjadi peperangan dan memanas-manasi," pungkas Soleman yang merupakan mantan Kepala BAIS TNI ini.
Aksi serangan pasukan AS pada 2 Januari 2020 yang menewaskan Kepala Pasukan Pengawal Revolusi Islam Iran Qods Mayor Jenderal Qassem Soleimani. Serangan tersebut juga menewaskan pendiri milisi Irak pro-Iran Kata’ib Hezbollah Abu Mahdi Al Muhandis.
Serangan AS diduga sebagai bentuk balasan atas penyerbuan Kedutaan Besar AS di Baghdad pada 31 Desember yang dipimpin oleh Kata’ib Hezbollah dan para pejuang milisi yang didukung Iran.
Baca Juga:
Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengkonfirmasi bahwa serangan pesawat tak berawak untuk membunuh Soleimani dilakukan atas arahan Presiden sebagai tindakan defensif untuk melindungi personel AS di luar negeri.
Qaseem Soleimani selama ini mempunyai peran penting dalam memerangi teroris di Suriah dan Irak. Soleimani mampu mengorganisir perlawanan terhadap ISIS dan Al Qaeda sebelum adanya koalisi internasional bentukan AS. Kematian Soleimani ini membawa angin segar bagi ISIS dan Al Qaeda sekaligus menjadi alarm bahaya bagi keamanan global.
Peristiwa tersebut diperkirakan akan berdampak tidak hanya balasan dari Irak saja namun juga memicu bergeraknya kelompok Houthi di Yaman, milisi di Suriah, dan Hizbullah Libanon. Iran diperkirakan akan menggalang dan memobilisasi kelompok Syiah pro-Iran yang milisi Kata’ib Hezbollah untuk membalas serangan dari AS. (Knu)
Baca Juga:
Harga Minyak Internasional Meroket Buntut Ketegangan Iran-AS
Bagikan
Berita Terkait
AS Akan Lakukan Uji Peluncuran Rudal Balistik Antarbenua Minuteman III
Mantan Wapres Amerika Serikat Dick Cheney Meninggal Dunia di Usia 84 Tahun
Program Bantuan Pangan Dihentikan, Setengah dari Negara Bagian AS Gugat Pemerintahan Donald Trump
Gedung Putih Klaim PM Jepang Sanae Takaichi Janji Menominasikan Presiden AS Donald Trump untuk Hadiah Nobel Perdamaian
Media Besar AS Tolak Pembatasan Pers, Ramai-Ramai Say Good Bye ke Pentagon
Perang Dagang AS-China, Menkeu: Biar Aja Mereka Berantem, Kita Untung
Helikopter Jatuh di Pantai California, 5 Orang Terluka Termasuk Pejalan Kaki
Shutdown Pemerintah AS Ancam Ratusan Ribu Pekerja, Ekonomi Berisiko Terguncang
Satuan Tugas Mulai Selidiki Radiasi Cs-137 Yang Dikeluhkan Amerika, Mulai Dari Cengkeh Lalu ke Udang
Anggaran Tidak Disetujui, Operasional Pemerintah Amerika Serikat Berhenti