Bermain Menurunkan Risiko Gangguan Kesehatan Mental pada Anak


Anak-anak bermain bersama di luar jam sekolah dengan teman-temannya menurunkan risiko masalah kesehatan mental. (freepik/jcomp)
PLAY date menjadi bagian yang mengisi jadwal anak-anak di luar jam sekolah dan berbagai kursus atau les. Ternyata kegiatan itu bukan hanyadapat membawa kesenangan saja. Studi baru oleh para peneliti dari University of Cambridge, Inggris menemukan bahwa bermain bersama di luar jam sekolah dengan teman-teman menurunkan risiko masalah kesehatan mental di kemudian hari.
Temuan yang diterbitkan akhir Juni lalu, mendukung manfaat play date bagi anak-anak yang berisiko lebih tinggi untuk masalah kesehatan mental. Kesempatan untuk bermain dengan anak-anak seusia mereka, seperti dalam kelompok bermain yang dijalankan oleh spesialis anak usia dini.
Baca Juga:
Bunda, Jangan Alpa ini yang Disiapkan pada Tahun Ajaran Baru

Para peneliti menganalisis hampir 1.700 anak usia tiga hingga tujuh tahun dan menemukan bahwa anak-anak dengan aktivitas bermain sebaya yang lebih baik pada usia tiga tahun cenderung tidak menunjukkan tanda-tanda gangguan kesehatan mental pada usia tujuh tahun.
Anak-anak ini cenderung kurang hiperaktif, dan orangtua serta pendidik melaporkan lebih sedikit contoh masalah emosional atau perilaku dan pertengkaran dengan teman sebaya. Temuan tetap konsisten bahkan ketika para peneliti melihat subkelompok anak-anak yang berisiko lebih tinggi untuk masalah kesehatan mental, termasuk kemiskinan dan tekanan psikologis ibu selama atau segera setelah kehamilan.
Mahasiswa dan peneliti utama studi tersebut Vicky Yiran Zhao, PhD, menekankan bahwa kualitas permainan lebih penting daripada jumlah play date. "Permainan dengan teman sebaya yang mendorong anak-anak untuk berkolaborasi, misalnya, atau kegiatan yang mempromosikan berbagi, akan memiliki manfaat positif," kata Zhao seperti dituliskan pada lama Parents.com.
Permainan yang dimainkan anak-anak dalam penelitian meliputi: permainan pura-pura imajinatif, permainan yang diarahkan pada tujuan (seperti membangun menara dari balok), kegiatan kolaboratif seperti petak umpet.
Baca Juga:
Merayakan Hari Anak Nasional dengan Komitmen Penolakan Kekerasan terhadap Anak

Sebelumnya, pakar lain telah menemukan bahwa bermain, seperti permainan malam bersama keluarga, dapat membantu pembelajaran sosial dan emosional atau social and emotional learning (SEL). SEL mengajarkan banyak keterampilan yang dibutuhkan anak-anak sepanjang hidup mereka, seperti:
1) Kesadaran diri, atau pemahaman yang lebih baik tentang tujuan dan hubungan antara pikiran dan tindakan, yang membantu pengambilan keputusan.
2) Manajemen diri, atau kemampuan untuk mengatur emosi dan kontrol impuls.
3) Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, atau pemahaman tentang sebab-akibat saat membuat pilihan.
4) Kesadaran sosial, atau kemampuan untuk membangun hubungan yang sehat, termasuk dengan orang-orang dari ras, jenis kelamin, dan budaya lain.
5) Keterampilan membangun relasi, seperti komunikasi, kerja sama, dan mendengarkan.
Penelitian menunjukkan bahwa bermain sangat penting untuk perkembangan anak. Namun, play date juga dapat membantu pengasuh menemukan atau memperluas lingkungan mereka. Karena mereka dapat bertemu dengan orang lain di lingkup orang-orang yang membesarkan anak-anak pada usia yang sama.
Sudah beberapa tahun yang sulit bagi orangtua akibat pandemi, memiliki teman yang memiliki koneksi dapat membantu kamu merasa tidak sendirian. (aru)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat

Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak

Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
