Azyumardi Azra: Kemenkominfo Harus 'Bersihkan' Konten Radikalisme dan Terorisme di Dunia Maya


Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA (Foto Ist)
MerahPutih Nasional - Propaganda paham radikalisme dan terorisme melalui internet (dunia maya) sudah sangat mengkhawatirkan. Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) harus mengambil tindakan tegas dengan ‘membersihkan’ internet dari konten-konten radikalisme dan terorisme.
“Kalau mereka (pelaku terorisme) terbukti belajar dan mengambil paham itu dari internet, ya internetnya harus dibersihkan. Dalam hal ini Kemenkominfo harus memblokir situs-situs yang mengajarkan ketidakbenaran dan kekerasan tersebut,” kata cendekiawan muslim Indonesia, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA di Jakarta, Kamis (27/10).
Pernyataan itu diungkapkan untuk menanggapi fenomena aksi terorisme yang dilakukan pelaku teror tunggal (lone wolf). Tahun 2016 ini, Indonesia dikejutkan dengan tiga aksi lone wolf.
Pertama penyerangan pendeta di sebuah gereja di Medan. Kedua, sehari menjelang Idul Fitri, Mapolresta Solo, diteror aksi bom bunuh diri. Dan ketiga, aksi penyerangan anggota polisi di Tangerang, beberapa hari lalu. Para pelaku lone wolf diyakini teradikalisasi melalui dunia maya.
Rata-rata para pelaku lone wolf, seperti yang di Tangerang, ‘teracuni’ ajaran sesat kelompok radikal yaitu daulah ansor thogut. Menurut mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, ajaran tersebut pasti salah.
“Biasa itu kalau orang radikal selalu menuduh orang lain sebagai thogut. Jadi itu bukanlah suatu argumen yang baru, saya kira masyarakat muslim secara keseluruhan tidak setuju dengan pandangan itu, terutama yang menuduh selain dari mereka itu adalah thogut,” ungkap Azyumardi.
Karena itu, ia mengajak para ulama dan cendekiawan muslim di Indonesia untuk pro aktif memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang ciri-ciri pengikut paham radikalisme dan terorisme. Salah satunya adalah suka menuduh orang Islam selain mereka sebagai thogut. Dengan begitu, ia berharap masyarakat tidak ikut-ikutan menuduh orang lain sebagai thogut atau kafir karena Indonesia adalah negara yang majemuk dengan berbagai macam suku dan bangsa.
Untuk menangkal penyebaran paham radikalisme dan terorisme agar tidak berkembang di masyarakat, Azyumardi menyarankan agar seluruh elemen masyarakat ikut berperan aktif melakukan pengawasan mulai dari tingkat keluarga, masjid, lingkungan RT/RW, dan seterusnya.
“Kalau sudah ada gejala ajaran seperti itu,harus cepat diambil tindakan. Misalnya dikeluarga ada anak-anak mulai ikut-ikutandan bersikap aneh, harus diajak ngomong atau diajak dialog oleh orang tuanya atauulama di lingkungannya,” imbuh pria yang pernah mendapat gelar ‘Sir’ dari Kerajaan Inggris itu.
Untuk menggalakkan pencegahan ini, Azyumardi mendukung peningkatan peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Melalui berbagai program pencegahan, masyarakat harus diyakinkan bahwa bahaya radikalisme dan terorisme itu memang riil dan aktual. Namun, BNPT tentunya tidak bisa sendiri, tetapi harus didukung seluruh komponen masyarakat.
“Saya melihat fitnah atau propaganda yang dilancarkan kelompok radikal ini sudah sangat banyak. Kalau masyarakat asal menerima saja tanpa mengetahui asal usulnya ya bisa bahaya. Kalau sampai itu terjadi mau jadi apa negeri kita ini nanti,” tegas Azyumardi.
BACA JUGA:
- Kepala BNPT dan Kelompok Ahli Bahas Perkembangan Terorisme
- Sekjen GP Ansor: Waspadai Radikalisme dan Terorisme di Dunia Maya
- Penanganan Aksi Terorisme Menggunakan Soft Approach
- Pancasila, Ideologi Terbaik Perangi Radikalisme dan Terorisme
- Pesantren Berperan Menanggulangi Paham Radikal
Bagikan
Berita Terkait
Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia

785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta

ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat

ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri

Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor

BNPT Beberkan 4 Sistem Deteksi Dini Cegah Terorisme di 2026

Pemerintah Bakal Coret Penerima Bansos yang Terbukti Terlibat Pendanaan Terorisme Hingga Tipikor

Serangan AS ke Iran Berpotensi Bangkitkan Sel Terorisme, Indonesia Mesti Waspada
