Astronom Temukan Gas Aurora Baru di Sekitar Uranus


Uranus. (Foto: Gizmodo)
PLANET Uranus menyimpan banyak misteri. Para astronom pun bekerja keras untuk memecahkan berbagai misteri di balik Uranus. Terbaru, mereka menemukan bahwa terdapat gas aurora di sekitar Uranus.
Aurora ini tidak terlalu mirip dengan yang ada di bumi yang biasanya memiliki warna kehijauan. Aurora di uranus adalah aurora infrared (infrared wavelengths) atau memiliki warna merah, demikian seperti diberitakan oleh laman Gizmodo.
Baca Juga:
Penemuan aurora ini dilakukan dengan menggunakan Keck II Telescope’s Near-Infrared Spectrograph (NIRSPEC) dan dilaporkan minggu ini di Nature Astronomy. Observasi sebenarnya dilakukan pada bulan September 2006, tapi analisis baru terhadap ion H3+ yang terdeteksi dalam data mengungkapkan keberadaan aurora.

"Penelitian ini merupakan puncak dari 30 tahun penelitian aurora di Uranus, yang akhirnya mengungkap aurora inframerah dan memulai era baru investigasi aurora di planet ini," kata Emma Thomas, astronom dari University of Leicester yang merupakan penulis penelitian ini.
“Hasil penelitian kami akan memperluas pengetahuan kita tentang aurora raksasa es dan memperkuat pemahaman kita tentang medan magnet planet di tata surya kita, di exoplanet, dan bahkan di planet kita sendiri,” tambahnya.
Uranus memiliki ukuran empat kali lebih besar dari bumi. Planet ini memiliki hampir 30 bulan tersebar di sekelilingnya, yang mungkin memiliki lapisan samudra yang sangat cocok untuk penelitian astrobiologi.
Namun, sebuah laporan astronomi yang dirilis tahun 2022 menyatakan bahwa wahana ke Uranus seharusnya menjadi "misi besar dengan prioritas tertinggi" dalam dekade mendatang.
Baca Juga:
Aurora yang baru saja terlihat merupakan salah satu dari beberapa perkembangan baru yang terlihat di Uranus tahun ini. Pada bulan April, Teleskop Antariksa Webb senilai USD 10 miliar memotret cincin berdebu planet ini.
Aurora di Uranus disebabkan oleh jenis interaksi yang sama seperti di Bumi; partikel bermuatan berinteraksi dengan atmosfer planet melalui medan magnetnya, memancarkan cahaya bercahaya pada panjang gelombang cahaya tampak.

Para peneliti percaya bahwa mempelajari aurora Uranus dapat meningkatkan pemahaman tentang atmosfer planet dan bagaimana kutub-kutubnya berpindah tempat.
"Kami tidak memiliki banyak penelitian tentang fenomena ini dan karenanya tidak tahu apa dampaknya terhadap sistem yang bergantung pada medan magnet Bumi seperti satelit, komunikasi, dan navigasi," imbuh Thomas.
Proses ini lanjut Thomas, terjadi setiap hari di Uranus karena ketidaksejajaran sumbu rotasi dan magnetik yang unik. Penelitian lanjutan terhadap aurora Uranus akan memberikan data tentang apa yang bisa kita harapkan ketika Bumi mengalami pembalikan kutub di masa depan dan apa dampaknya terhadap medan magnetnya. (aqb)
Baca Juga:
NASA Tingkatkan Detektor, Waspadai Asteroid Dekati Orbit Bumi
Bagikan
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
