ASI yang Seret Bisa Jadi Karena Hal ini


Kualitas dan kuantitas ASI dipengaruhi psikis ibu. (Foto: Pixabay/Stocksnap)
AIR susu ibu (ASI) merupakan harta paling berharga bagi bayi yang baru dilahirkan. Setiap tetesnya mengandung jutaan kebaikan untuk bayi. Tidak ada satupun makanan atau minuman yang mampu menandingi kedahsyatan ASI.
Mengetahui manfaatnya yang begitu luar biasa bagi sang buah hati membuat para ibu mengupayakan berbagai cara agar ASI yang diproduksi dapat mencukupi kebutuhan bayinya.
Baca Juga:

Mulai dari mengonsumsi makanan bergizi, mengonsumsi ASI booster hingga melakukan pijat oksitosin pun dilakukan agar ASInya melimpah. Namun segala daya dan upaya yang dilakukan tidak selalu berbuah manis. Alih-alih menghasilkan ASI yang banyak, beberapa ibu justru sulit memproduksi ASI dengan jumlah yang cukup atau "seret".
Sedikitnya produksi ASI tidak selalu berkaitan dengan masalah kesehatan fisik sang ibu. Ada faktor psikis yang turut mempengaruhi banyaknya ASI yang dihasilkan.
Dokter Spesialis Gizi dan Klinik, dr. Patricia Halim Puteri, Sp.GK, Spesialis Gizi mengungkapkan bahwa emosi seorang ibu turut memiliki andil dalam proses produksi ASI. "Ada hubungan antara fisik dan psikis. Ketika fisik ada masalah psikisnya bisa terkena dampak begitu pula sebaliknya," tuturnya dalam temu virtual media Pentingnya Melakukan Perawatan Terpadu Pasca Melahirkan, Selasa (9/3).
Dirinya mengatakan bahwa stres atau baby blues bisa berdampak ke fisik sang ibu. Salah satu dampak buruknya yakni produksi ASI berkurang.
Baca Juga:

"Dalam produksi ASI kita tahu ada dua hormon penting yaitu prolaktin dan oksitosin. Hormon oksitosin ini sangat sensitif. Hanya dengan si ibu melihat, mendengar, menghirup aroma bayinya bahkan hanya dengan membayangkan bayinya saja bisa menghidupkan hormon oksitosin," urainya.
Begitu mudahnya hormon oksitosin bekerja, mudah pula terhambat pengeluarannya. "Capek, stres, cemas bisa menghambat produksi ASI," ujarnya.
Untuk itu, selain menjaga pola makanan bergizi, dirinya juga menyarankan para ibu yang baru melahirkan untuk memperbaiki pola pikiran. "Ibunya harus memperbarui mindsetnya. Pikirkan bahwa asi saya cukup untuk anak saya," sarannya.
"Jangan dengarkan omongan atau cemoohan ibu lain. Jangan iri juga dengan tetangga sebelah. ASI tetangga kok banyak banget ya sampai sekulkas. Saya kok enggak sepenuh itu. Tegaskan bahwa ASI saya cukup untuk anak saya. Jangan lupa untuk pantau perkembangannya sesuai arahan IDAI," jelasnya. (avia)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Penyebab dan Penanganan Kuning pada Bayi Baru Lahir, Waspada Bahaya Dehidrasi ASI

AIMI Menanti Kehadiran Bank Asi Pertama di Indonesia

Pentingnya ASI di 1.000 Hari Pertama Kehidupan

Bagi-bagi Susu Dikritik, Gibran: Kita Evaluasi

Pentingnya Memilih Alat Pompa ASI yang Tepat

Frekuensi Ideal Memompa ASI Bagi Busui

Penyebab ASI Berwarna Kebiru-biruan

Pahami Bahaya MPASI Dini

Kemenkes Sebut Susu Kental Manis Tidak Bisa Gantikan ASI

Tanda-tanda ASI dengan Kandungan Lipase Tinggi
