Ancaman PHK Sritex Sebuah Krisis dan Tidak Bisa Dianggap Remeh


Ekonom Achmad Nur Hidayat. (Dok. Achmad Nur Hidayat)
MerahPutih.com - Perusahaan tekstil terbesar, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) dinyatakan pailit. Dampak dari keputusan ini adalah ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap puluhan ribu pekerja Sritex.
Ekonom Achmad Nur Hidayat menilai, ancaman PHK di sektor garmen, terutama dengan kepailitan Sritex, adalah sebuah krisis yang tidak bisa dianggap remeh.
Dampaknya tidak hanya akan dirasakan oleh para pekerja yang kehilangan pekerjaan. “Bahkan bisa mengguncang industri tekstil secara keseluruhan,” kata Achmad dalam keteranganya dikutip Kamis (31/10).
Achmad menjelaskan, PHK massal di sektor garmen bukan hanya masalah ekonomi tetapi juga sosial. Ribuan pekerja yang kehilangan pekerjaan tidak hanya berpengaruh pada daya beli mereka, tetapi juga akan memengaruhi stabilitas sosial di kawasan industri yang sangat bergantung pada keberadaan perusahaan-perusahaan tekstil besar.
“Banyak dari pekerja yang terkena PHK adalah tulang punggung keluarga, dan jika mereka kehilangan penghasilan, dampaknya akan berlipat ganda,” imbuh Achmad.
Baca juga:
Selain itu, mayoritas pekerja di sektor garmen adalah perempuan dan kehilangan pekerjaan dalam skala besar seperti ini akan memperburuk kesenjangan gender.
“Khususnya dalam tenaga kerja dan meningkatkan tingkat kemiskinan perempuan di Indonesia,” tutur Achmad.
Achmad mengingatkan, ini adalah isu yang perlu dihadapi dengan serius, mengingat industri tekstil adalah salah satu sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Indonesia. Menurut Achmad, Presiden Prabowo Subianto memiliki tanggung jawab besar untuk menavigasi Indonesia melalui krisis ini.
Achmad berujar, Prabowo bisa melakukan langkah-langkah yang tepat, seperti memberikan bantuan sosial dan pelatihan ulang bagi pekerja. Lalu mendukung restrukturisasi utang perusahaan tekstil, mendorong konsolidasi industri, memperkuat pasar domestik.
“Hingga memfasilitasi adopsi teknologi dan inovasi, Prabowo dapat membantu industri tekstil Indonesia bangkit kembali,” jelas Achmad.
Baca juga:
Menaker Sebut PT Sritex Pailit Akibat Manajemen Lalai Memitigasi Risiko
Sebagai presiden, Prabowo Subianto menghadapi tugas berat untuk menjaga stabilitas ekonomi dan sosial, terutama dalam mengatasi dampak dari krisis di sektor garmen ini.
Prabowo harus memfasilitasi investasi dalam teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi produksi, seperti penggunaan mesin otomatisasi, material ramah lingkungan, serta teknologi penghematan energi.
Pemerintah juga perlu mendukung riset dan pengembangan (R&D) di sektor tekstil, dengan menyediakan insentif bagi perusahaan yang berinovasi dalam menciptakan produk tekstil yang bernilai tambah tinggi.
“Seperti kain berbahan organik atau tekstil te PHK massal di sektor garmen bukan hanya masalah ekonomi tetapi juga sosial,” tutup Achmad. (Knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Kejagung Titipkan Bukti Mobil Alphard Kasus Kredit Macet PT Sritex ke Kejari Solo

Thrifting Dinilai Rusak Industri dan UMKM Tekstil, Teranyar Kemenag Sita Pakaian Bekas Rp 112 Miliar

Puluhan Eks Karyawan Sritex Upacara di Depan Pabrik, Serukan Tuntutan Pembayaran Pesangon

Digiring Masuk Mobil Tahanan, Tersangka Sritex Teriak Tanda Tangan Perintah Presdir

Jadi Tersangka ke-12, Presdir Sritex Iwan Kurniawan Dijebloskan ke Rutan Kejari Jaksel

Presdir Sritex Iwan Kurniawan Lukminto Jadi Tersangka Baru ke-12, Kejagung Beberkan Perannya

AS Pangkas Tarif Tekstil RI, Ini Dia Peluang Emas yang Wajib Diserbu Pengusaha

Kejagung Juga Jadikan Eks Dirut BJP Yuddy Renaldi Tersangka, KPK Langsung Koordinasi

Begini Peran 8 Tersangka Baru Kasus Sritex yang Rugikan Negara Rp 1 Triliun Lebih

Eks Direktur Keuangan Sritex Tersangka, Modus Manipulasi Kredit 3 Bank BUMD Terbongkar
