Anak dan Remaja Masih Miliki Risiko dari Paparan Asap Rokok Elektrik


Rokok elektrik memiliki risiko tersendiri bagi kesehatan. (Unsplash/Thomas)
WALAUPUN saat ini vape atau vaping menjadi alternatif sebagai pengurang atau pengganti tembakau konvensional, namun tetap saja paparan asapnya memiliki risiko tersendiri terutama bagi anak di bawah umur.
Dikutip dari Antara pada Sabtu (27/5) Dokter spesialis anak dan konsultan respirology anak RSAB Harapan Kita dr. Dimas Dwi Saputro Sp. A menuturkan bila anak atau remaja tetap bsia memiliki risiko kesehatan yang buruk terhadap paparan asap dari rokok elektrik atau yang disebut second hand vaping.
Baca Juga:
Pikirkan Hal Ini Sebelum Beralih ke Vape

“Pada 2022 ada bukti ketika diperiksa pada 2.097 anak-anak usia 17 tahun diikuti dari 2014 sampai 2019. Ternyata, kejadian mengi atau wheezing itu meningkat sekitar 15 persen. Kemudian, kejadian bronchitis meningkat sampai 26 persen dan sesak napas meningkat sampai 18 persen,” ungkapnya dalam diskusi daring Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang digelar pada Sabtu (27/5).
Dari data yang terkumpul, Dimas menjelaskan risiko anak mengalami bronchitis akan naik sekitar 1,4 kali lebih banyak. Lalu terdapat 1,5 kali risiko sesak napas pada kalangan dewasa muda dan remaja yang seharusnya bisa tumbuh dengan sempurna.
Ini akan menghambat cita-cita bangsa yang ingin menjadikan ‘Indonesia Emas’ dengan mendapatkan bonus demografi di 2045 sebesar 70 persen yang rata-rata merupakan usia produktif.
Baca Juga:
Cegah Anak Muda Kecanduan, Pemerintah Australia Siap Perketat Aturan Vaping

Selain itu, dokter yang lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) menambahkan, bila rokok elektrik awalnya untuk mengurangi bahaya atau harm reduction dari rokok tembakau konvensional yang memiliki banyak bahaya dengan tujuh ribu lebih zat-zat beracun di dalamnya.
Maka sedemikian rupa untuk mengurangi risikonya dengan diciptakan vape atau rokok elektrik yang secara umum dikatakan sebagai electronic nicotin delivery system atau INDS.
“Karena masih ada nikotinnya, juga ada logam beratnya seperti timbal kemudian senyawa organik yang mudah menguap. Dan tentu saja ada zat-zat penyebab kanker, yang mungkin jumlahnya lebih sedikit dibanding rokok konvensional, tapi kalau dipakai berulang-ulang secara akumulatif berbahaya juga,” tegas Dimas. (far)
Baca Juga:
Hati-hati! Rokok Elektrik Ternyata Sebabkan Radang Paru-paru
Bagikan
Berita Terkait
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan

Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga

Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak

Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas

Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
