Kesehatan

Amankah Mendapat Tato saat Menyusui?

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Kamis, 15 Juni 2023
Amankah Mendapat Tato saat Menyusui?

Dalam hal membuat tato saat menyusui, hanya ada sedikit penelitian yang tersedia. (Foto: Pexels/Pavel Danilyuk)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MENATO tubuh adalah cara untuk mengekspresikan diri, mengenang orang yang kamu cintai, atau menandai peristiwa penting dalam hidup.

Namun, tato tidak sepenuhnya bebas risiko karena melibatkan potensi infeksi dan reaksi alergi, terutama jika tidak dilakukan secara higienis atau oleh seniman tato bersertifikat.

Sayangnya, dalam hal membuat tato saat menyusui, hanya ada sedikit penelitian yang tersedia tentang masalah ini. Membuat para ahli sering kali kesulitan merekomendasikan praktik tersebut.

Menurut LactMed, petugas database laktasi dari National Library of Medicine di AS, saat ini tidak ada data yang tersedia secara khusus tentang keamanan membuat tato selama menyusui. Secara umum, pada titik ini, sebagian besar ahli condong ke arah peringatan agar tidak melakukannya.

Dokter Anak, Ahli Neonatologi, Konsultan Laktasi, dan Direktur Medis Aeroflow Breastpumps, Jessica Madden, MD, IBCLC, berbagi perspektif akan hal ini. "Saya merekomendasikan untuk tidak membuat tato saat menyusui karena risiko keamanan," katanya seperti diberitakan Parents.com.

Perawat dan Konsultan Laktasi, Kelly Kendall, RN, IBCLC, dari The Balanced Boob, mengatakan bahwa dia paling khawatir tentang potensi risiko infeksi, tapi kurang khawatir tentang tinta dari tato yang masuk ke dalam ASI.

Baca juga:

Seniman Tato Tertua di Dunia Jadi Cover Majalah Vogue

tato busui
Proses tato dan pemulihan memiliki risiko infeksi memerlukan antibiotik yang juga memengaruhi ASI. (Foto: Pexels/Kristina Paukshtite)

"Risiko tetap ada dalam hal infeksi dari patogen yang terbawa darah selama proses pembuatan tato," komentar Kendall.

Seperti dicatat LactMed, ketika seseorang membuat tato, mereka tidak memenuhi syarat untuk donor darah hingga satu tahun karena risiko infeksi yang ditularkan melalui darah.

Risiko utama mendapatkan tato saat menyusui adalah infeksi. Jika kamu terinfeksi bakteri, virus, atau patogen lain, kamu dapat menularkan infeksi ini ke bayi melalui ASI atau luka terbuka di kulit. Begitu menurut Madden.

Beberapa infeksi yang menjadi perhatian termasuk HIV dan hepatitis B, katanya. Sementara risiko infeksi lain bervariasi. Umumnya dianggap rendah.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS, penularan HIV melalui menyusui adalah sekira 1 persen, bahkan ketika infeksi dikelola dengan baik melalui terapi antiretroviral (ART).

Orangtua menyusui dengan hepatitis B biasanya dapat terus menyusui; tapi jika puting pecah-pecah atau berdarah, ada risiko lebih besar untuk menularkan infeksi ke bayi.

Kekhawatiran lain adalah jika kamu terkena infeksi bakteri setelah membuat tato, kamu mungkin perlu diberi antibiotik. "Meskipun sebagian besar antibiotik aman saat menyusui, selalu penting untuk berdiskusi dengan dokter dan/atau apoteker," saran Kendall.

Yang terpenting, kata Kendall, jika mendapatkan tato saat menyusui, kamu harus melakukan segala daya untuk mencegah infeksi. "Menjaga tato baru tertutup dan bersih adalah bagian penting untuk mencegah infeksi dan ini terbukti menantang saat merawat bayi," katanya.

Baca juga:

Busui Sakit, Bolehkah Tetap Menyusui?

tato busui
Tato seharusnya tidak memengaruhi suplai ASI, tapi ada risiko partikel tinta masuk ke dalam ASI. (Foto: Pexels/Cottonbro Studio)


Tidak ada penelitian mengenai apakah tinta yang digunakan untuk membuat tato dapat masuk ke dalam ASI Namun, Madden menunjuk pada penelitian baru dari tahun 2022 yang menemukan bahwa tinta tato mengandung partikel yang sangat kecil, kurang dari 100 nanometer.

Partikel-partikel ini cukup kecil untuk masuk ke dalam membran sel tubuh. Ini berarti ada kemungkinan mereka dapat mempengaruhi ASI.

"Meskipun tato seharusnya tidak memengaruhi suplai ASI, saya khawatir tentang risiko teoretis partikel tinta masuk ke dalam ASI itu sendiri," ungkap Madden.

Lalu, kamu mungkin bertanya-tanya apakah perlu menunggu beberapa saat setelah mendapatkan tato untuk menyusui bayi. Kamu mungkin juga ingin tahu apakah kamu harus menunggu sampai bayi sedikit lebih besar untuk membuat tato.

Menurut Madden, tidak satu pun dari skenario ini yang harus dipertimbangkan, karena tidak ada cukup informasi keamanan tentang membuat tato saat menyusui untuk merekomendasikan praktik tersebut.

"Saya merekomendasikan untuk tidak membuat tato kapan pun saat menyusui, bahkan jika Anda menyusui bayi atau balita yang lebih tua," tegas Madden.

Kamu harus menghubungi OB-GYN atau bidan jika memiliki pertanyaan lebih lanjut. Menunggu sampai anak berhenti menyusui untuk mendapatkan tato selalu merupakan pilihan yang tersedia untuk kamu. (aru)

Baca juga:

Busui, Ketahui Kecukupan ASI untuk Kebutuhan Bayi

#Tato #Kesehatan #Ibu Menyusui
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

ShowBiz
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
Konsumsi suplemen zat besi sejak dini penting bagi perempuan.
Dwi Astarini - Selasa, 14 Oktober 2025
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
Lifestyle
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Hanya dengan 15 menit 9 detik gerakan sederhana setiap hari, partisipan mengalami peningkatan suasana hati 21 persen lebih tinggi jika dibandingkan ikut wellness retreat.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Indonesia
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Penonaktifan itu dilakukan BPJS Kesehatan karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan menunggak pembayaran iuran sebesar Rp 41 miliar.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Terlalu sering mengonsumsi mi instan bisa membuat usus tersumbat akibat cacing. Namun, apakah informasi ini benar?
Soffi Amira - Rabu, 08 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Bagikan