Alergi Pergi, Produktivitas Meninggi


Alergi bisa dialami siapa saja. (foto: pexels.com_cottonbro)
ALERGI bukan kondisi nan bisa dianggap sepele. Secara global, 30-40 persen populasi dunia memiliki alergi. Di Amerika Serikat saja, alergi bisa memaksa pekerja absen dari aktivitas mereka. Hal itu bisa menurunkan produktivitas hingga 25-30 persen. Di Indonesia, meski belum ada data nan adekuat, angka prevalensi alergi berkisar 20-64 persen.
Kondisi alergi terjadi saat terjadi suatu perubahan reaksi atau respons pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang sebenarnya tidak berbahaya. Namun, bagi orang yang punya alergi, zat tersebut bisa amat sensitif. Zat yang menimbulkan reaksi alergi disebut alergen. “Alergen bisa berupa tungau debu rumah. Itu yang paling banyak di Indonesia. Sedangkan di luar negeri, banyak polen serbuk sari terhirup,” ujar dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi imunologi klinik Prof Dr dr Iris Rengganis, SsPD, K-AI dalam virtual zoom Alergi Reda Lebih Cepat, Tetap Produktif Tanpa Khawatir yang digelar Bayer, Kamis (6/10).
BACA JUGA:
Selain itu, Iris juga menjelaskan bahwa alergi bisa timbul karena perubahan reaksi tubuh yang menjadi rentan terhadap suatu bahan yang ada dalam lingkungan hidup sehari-hari. Ia menyebut ada beberapa cara alergen masuk ke tubuh. Alergen bisa masuk lewat saluran napas (ihalan) seperti tungau debu rumah, kecoa, dan polen. Injektan (suntikan) seperti analgesik dan antibiotik. Ingestan (saluran cerna) seperti mengonsumsi udang/ikan laut, susu, telur, kacang tanah, stroberi, dan obat oral. "Alergen juga bisa masuk dengan cara kontaktan (kontak dengan kulit) seperti kosmetik dan logam (perhiasan, arloji),” ujarnya.

Faktor stres juga amat memengaruhi segala macam penyakit termasuk alergi. Menurut Iris, pada alergi, stres berdampak sangat nyata. Oleh karena itu, ia menyarankan kamu yang punya kondisi alergi untuk mengelola stres.
"Jadi kalau stres, bagi yang gatal-gatal, itu cepat banget keluar. Biduran menambah. Manajemen stres itu penting. Kalau stres terus, urtikaria akan muncul terus," ujar Iris.
Respons pada alergi bisa berbeda-beda, tergantung dari sumber alergen dan bagaimana cara alergen itu masuk ke tubuh.Reaksi alergi yang umum dijumpai, tambahnya, bisa berupa alergi kulit seperti urtikaria atau biduran dan alergi pernapasan berupa rinitis alergi.
BACA JUGA:
Di Indonesia, angka kejadian alergi berkisar 20-64 persen. Laporan Omnibus survey yang dilakukan Nielson pada tahun 2005 mencatat gejala alergi yang umum dijumpai berupa alergi kulit dan rinitis alergi yang mencapai 24 persen.
Kejadian dermatitis atopi di Indonesia di angka 23,67 persen. Urtikaria dan rinitis alergi merupakan penyakit atopik yang paling sering muncul, dengan riwayat keluarga atopik positif sebesar 60,79 persen, seperti diungkap makalah dalam Asia Pacific Association of Allergy, Asthma, and Clinical Immunology pada 2019.

Meski alergi bisa terjadi kapan saja, kamu tak usah khawatir. Kamu tetap bisa beraktivitas lebih cepat tanpa adanya rasa khawatir. Saat tubuh terpapar alergen dan alergi mulai muncul, kamu bisa menggunakan produk Incidal-OD untuk meredakan reaksi alergi dengan cepat. Obat ini bisa bekerja dalam 20-40 menit saja. Selain itu, kamu juga hanya perlu mengonsumsinya sekali dalam sehari.
Bayer, selaku produsen obat ini, menetapkan komitmen mereka untuk terus menyediakan akses yang luas terhadap penyediaan obat alergi. Sebelumnya, Incidal-OD diketahui sebagai obat red dot. Namun, obat ini sekarang berubah menjadi blue dot atau obat bebas terbatas. Dengan begitu, mereka yang membutuhkan obat alergi akan dimudahkan untuk mendapatkan obat ini. Kamu bahkan bisa mendapatkan obat ini di e-commerce dan apotek terdekat.(yos)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
