Airlangga Klaim Permintaan Dalam Negeri Terus Tumbuh Kuat


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. (ANTARA/HO-KemenkoEkonomi/pri)
MerahPutih.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Juni 2023 yang tercatat sebesar 0,14 persen (month-to-month/mtm) dipengaruhi oleh momen Idul Adha 1444 H. Inflasi pada momen Idul Adha 2019 atau pada Agustus tercatat sebesar 0,12 persen.
Kemudian, pada Juli atau Idul Adha 2021 sebesar 0,08 persen dan Juli atau Idul Adha 2022 sebesar 0,64 persen. Sementara momen Idul Adha pada Juli 2020 mencatatkan deflasi sebesar 0,10 persen.
Baca Juga:
Keterlibatan Penyedia TIK Dukung Penguatan Ekonomi Digital Syariah
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, inflasi tahunan yang terkendali merupakan hasil koordinasi yang solid dari Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
Secara tahunan, inflasi pada Juni 2023 tercatat sebesar 3,52 persen atau telah kembali dalam rentang target pemerintah pada tahun 2023 yakni sebesar 3 plus minus 1 persen.
"Ke depan, sinergi ini akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi tahun 2023 tetap dalam kisaran sasaran untuk menjadi fondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,” kata Airlangga.
Sementara secara bulanan, inflasi pada Juni 2023 tercatat mencapai 0,14 persen atau lebih tinggi dibanding inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,09 persen, tapi lebih rendah dibandingkan inflasi pada Juli 2022 yang sebesar 0,61 persen.
Selain itu, Standard & Poor’s (S&P) juga merilis data perkembangan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia dimana pada Juni 2023 PMI Manufaktur Indonesia berada pada level ekspansif sebesar 52,5 atau naik dari posisi bulan lalu yang sebesar 50,3.
Kinerja PMI Indonesia lebih baik dari Malaysia (47,7) dan Vietnam (46,2) yang mengalami kontraksi, dan dari indeks PMI Manufaktur Thailand (53,2), Singapura (52,7), dan Filipina (50,9).
"Terus menguatnya aktivitas ekonomi membuat PMI Indonesia melanjutkan level ekspansif yang stabil dan berkelanjutan selama 22 bulan beruntun. Ini meningkatkan ekspektasi positif pelaku usaha atas kondisi ekonomi Indonesia, sehingga berpeluang dalam menarik investasi baru ke dalam negeri," katanya.
Di tengah ketatnya persaingan global, pemerintah Indonesia akan terus mendorong daya saing ekonomi, terutama pada saat kondisi PMI Indonesia terus mencatatkan ekspansi.
Kuatnya permintaan domestik juga dinilai masih cukup untuk mengangkat aktivitas manufaktur nasional yang juga tampak dari perekrutan tenaga kerja baru dengan jumlah tertinggi dalam sembilan bulan terakhir.
Meski ekonomi global masih dalam tren melemah, tegas ia, aktivitas manufaktur Indonesia terus melaju karena ditopang aktivitas ekonomi yang menggeliat, dan permintaan dalam negeri yang terus tumbuh kuat
"Alhasil, kita terus melihat bahwa berbagai aspek penting determinan penggerak ekonomi terus berada pada jalur yang tepat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang tangguh," kata Airlangga. (Asp)
Baca Juga:
Status Endemi Ditambah Libur Panjang, Perekonomian Diprediksi Ikut Terdongkrak
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Biar Rakyat Senang Saat Belanja, Mendagri Perintahkan Daerah Tahan Inflasi Maksimal di 3,5 Persen

Harga Beras Berikan Kontribusi Inflasi Terbesar Kelompok Pangan Setelah Bawang Merah

Angka Kemiskinan Jakarta Year On Year Turun, Gubernur Klaim Berhasil Kendalikan Inflasi

Strategi Sukses Jakarta Kendalikan Inflasi Jadi Kunci Stabilitas Harga Pangan dan Distribusi Efisien

Dalam 20 Bulan Terakhir Harga Emas Alami Lonjakan Tertinggi di April 2025

IMF Ramalkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Anjlok, Istana Optimis Masih akan Baik-Baik Saja

Sekjen Gerindra Sebut Megawati Ajarkan Prabowo soal Pemulihan Ekonomi

Inflasi Jakarta 2 Persen di Maret 2025, Tarif Listrik Jadi Penyumbang Terbesar

Pemerintah Didesak Percepat Stimulus untuk Meredam Dampak Gejolak Ekonomi

Pemerintah Bantah Penurunan Daya Beli Akibatkan Deflasi, Ini Karena Intervensi Pemerintah
