Adu Ketangkasan dalam Permainan Tradisional 'Siamang' dari Sumatera Selatan
ilustrasi permainan siamang. (Foto: Buku/Permainan Anak-anak Asal Sumatera Selatan)
Merahputih.com - Permainan tradisional memang selalu mengasyikan dan seru, salah satunya 'Siamang' dari Sumatera Selatan.
Seperti namanya, permainan ini menirukan aktivitas kera dan binatang hutan lainnya. Munculnya permainan ini di kalangan anak zaman dahulu tak lepas dari kebudayaan ekologis di mana hidup masyarakat berdampingan dengan alam termasuk isinya.
Dilansir Buku Permainan Anak-anak Asal Sumatera Selatan, masyarakat dengan permainan ini menjabarkan bagaimana perilaku sifat-sifat binitang buas yang hidup di hutan rimba.
Misalkan saja Harimau, dilukiskan sebagai binatang yang gagah, kuat yang merajai dari berbagai jenis binatang yang hidup di hutan, namun demikian Harimau bukan binatang yang cerdik jika di-bandingkan dengan Siamang atau binatang sejenis kera lainnya.
Baca juga:
Permainan ini bisa berbahaya karena melibatakan aktivitas memanjat, melompat, berlari. Makanya dahulu permainan ini cenderung dimainkan oleh anak laki-laki. Permainan ini melibatkan banyak orang dari 6 hingga 10 anak dari usia 7-10 tahun ke atas.
Guna mendukung keseruan permainan Siamang, peserta membutuhkan ruang atau halaman yang terdapat pohonanan, pagar, tembok atau apapun yang bisa dipanjati.
Dari banyak orang, satu di antara peserta mesti menjadi Harimau. Sedangkan yang lainnya akan menjadi Siamang. Mereka akan terus mengecoh Harimau untuk menerkam alias menangkap mereka yang bergantungan di pohon.
Baca juga:
Nostagia Permainan Tradisional Marhapea dari Kebun Karet di Sumatra Utara
Walaupun terdengar muskil, Harimau menangkap Siamang yang berada di pohon. Nyatanya kelalaian Siamang akan membawanya jatuh ke tangan Harimau.
Peserta yang berperan sebagai Siamang lalu tertangkap Harimau, maka ia akan berganti perannya. Demikian seterusnya permainan ini hanya berganti-ganti peran dan bagi siapa yang lemah tentu saja dialah yang kelak akan mudah ditangkap Harimau dan karena itu pula kelak ia tak akan berhasil-berhasil.
Diklaim kalau permainan ini hilang dan sejak masa penjajahan Jepang, sekitar 1942 hingga sekarang permainan ini sudah tidak dipermainkan lagi.
Permainan ini berperan melatih keterampilan, kecekatan, kelincahan bagi anak-anak yang menyenangi olahraga memanjat.
Selain itu, permainan ini juga mendidik anak untuk selalu siap waspada, disiplin serta mendukung rasa spoitivitas. (Tka)
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Kepala SMPN 1 Prabumulih Batal Dicopot, Komisi II DPR Tegaskan jangan Ada lagi Kepala Daerah yang Arogan
Wali Kota Prabumulih Bantah Kepala SMPN 1 Dicopot karena Tegur Anaknya yang Bawa Mobil ke Sekolah
HUT RI ke-80: DKI Jakarta Bangkitkan Sederet Permainan Tradisional, Generasi Muda Wajib Tahu!
Disebut Kebal Hukum, Crazy Rich Sumsel H. Alim Ali Akhirnya Masuk Bui
Jaksa Geledah Kantor H Alim Ali, Diduga Terkait Korupsi Pengadaan Tanah Tol Baleno
Menjajal Permainan Tangkap Batu Marsiada Khas Toba dengan 5 Level Tantangan
Filosofi Pocca Piring Permainan Tradisional Tapanuli, Aturan dan Keseruannya
Asal Usul Mahkluk Penunggu Perairan 'Banyu' dari Sumatra Selatan
Ritual Penyucian Diri 'Mandi Kasai' dari Sumatra Selatan
Menggali Makna Mendalam dari Pakaian Adat 'Aesan Gede' Khas Sumatra Selatan