6 Tentara Rusia Kabur dari Perang Ukraina, Minta Suaka Sama Prancis
Ilustrasi tentara Rusia. (Foto: Unsplash/Artem Bryzgalov)
MerahPutih.com - Enam tentara Rusia yang melarikan diri dari perang di Ukraina telah diberikan visa sementara saat mereka mengajukan suaka politik di Prancis.
Para tentara Rusia itu tiba di Paris dengan penerbangan terpisah selama beberapa bulan terakhir setelah awalnya melarikan diri dari Rusia ke Kazakhstan pada tahun 2022 dan 2023.
“Ketika saya mendarat di Prancis, itu adalah pertama kalinya saya bisa bernapas lega. Saya merasakan ketenangan dan kebebasan … masa-masa terburuk sudah berlalu,” kata Alexander, mantan tentara kontrak Rusia yang dikirim ke Ukraina kepada Guardian dalam sebuah wawancara, dikutip Kamis (17/10).
Sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina, puluhan ribu tentara Rusia telah membelot atau menolak perintah untuk bertempur, kata aktivis hak asasi manusia dan kelompok yang membantu tentara itu melarikan diri.
Baca juga:
Namun, negara barat telah lama bergulat dengan keputusan mengenai apakah akan menerima tentara Rusia yang membelot. Sebab meraka belum bisa memutuskan akan memperlakukan para tentara itu sebagai pahlawan, risiko keamanan potensial, atau penjahat perang.
Sementara itu, Uni Eropa dan negara-negara anggotanya telah membahas secara terbuka tentang pemberian suaka kepada pembelot Rusia.
"Ini adalah pertama kalinya sebuah negara Uni Eropa mengizinkan masuk sekelompok pembelot yang tidak memiliki dokumen perjalanan atau paspor asing," kata Ivan Chuviliaev, juru bicara Go By The Forest, sebuah kelompok yang membantu pembelotan tentara Rusia.
Karena tidak dapat bepergian ke Eropa dan menghadapi kemungkinan dipenjara dalam jangka panjang di negara asal, sebagian besar pembelot melarikan diri ke negara-negara yang berbatasan dengan Rusia, seperti Armenia dan Kazakhstan. Di sana mereka dapat masuk tanpa paspor tetapi tetap terjebak tanpa pilihan untuk melanjutkan perjalanan.
Baca juga:
Moskow telah berusaha keras untuk melacak mereka. Telah terjadi peningkatan jumlah insiden di mana pembelot yang bersembunyi di negara-negara pasca-Soviet dalam jangkauan Kremlin telah diculik atau dideportasi kembali ke Rusia.
Situasi mereka yang tidak menentu telah mendorong seruan lebih keras dari para aktivis antiperang untuk menyediakan tempat berlindung aman bagi para prajurit dengan mengizinkan mereka mencari perlindungan di wilayah barat.
“Di Kazakhstan, Anda tidak akan pernah merasa aman; Anda hanya harus menundukkan kepala,” kata Alexander. (ikh)
Bagikan
Berita Terkait
Rancangan Donald Trump Perjanjian Damai Konflik Ukraina: AS Akui Krimea dan Donbas Sah Milik Rusia
Ekor Patah Masih Nekat Terbang, Helikopter Pabrik Elektronik Penyuplai Militer Rusia Jatuh Tewaskan 5 Orang
AS Tidak Punya Penangkal Rudal Burevestnik Milik Rusia
Putin Umumkan Uji Coba Drone Poseidon Sukses, Rudal Nuklir Antarbenua Terkuat Rusia
DPR Sahkan UU Ekstradisi RI-Rusia
Mikrofon Bocor, Xi Jinping dan Vladimir Putin Terekam Ngobrolin Transplantasi Organ dan Kehidupan Abadi
Ketemu Kim Jong-un di China, Putin Berterima Kasih karena Prajurit Korea Utara Bertempur di Ukraina
Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat
China Pamer Kekuatan Militer dalam Parade Peringatan 80 Tahun Berakhirnya Perang Dunia II
Komentari Eks Marinir Jadi Tentara Bayaran, Dubes Rusia Sebut Pihaknya tak Lakukan Rekrutmen