10 Juta Pengendara Ditilang dalam Sebulan, Pengamat Minta Polisi Tak Hanya Fokus ke Penindakan


10 juta pengendara kena tilang dalam sebulan. Foto: Korlantas Polri
MerahPutih.com - Tingginya angka tilang kendaraan akibat melanggar aturan lalu lintas, menuai sorotan. Indonesia Traffic Watch (ITW) meminta agar Polisi tidak hanya melakukan penindakan terhadap pelanggar lalu lintas.
“Tetapi juga harus berupaya maksimal untuk meningkatkan kesadaran tertib berlalu lintas masyarakat,” kata Presidum ITW, Edison Siahaan di Jakarta, Minggu (7/7).
Menurut Edison, dari data Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Latif Usman, jumlah pelanggar yang berhasil dipantau lewat kamera ETLE di Jakarta mencapai 10 juta pengendara per bulan.
“Ini sangat memprihatinkan. Sekaligus bukti bahwa kesadaran tertib berlalu lintas masih rendah,” jelas Edison yang juga pengamat transportasi ini.
Baca juga:
Jutaan Pengendara Kena Tilang E-TLE, Mayoritas Tak Pakai Helm dan Sabuk Pengaman

Ia menilai, 10 juta jumlah pengendara dari berbagai jenis pelanggaran dimulai dari melawan arus, melanggar rambu, tidak menggunakan helm, sabuk pengaman dan lainnya merupakan potret nyata, bahwa kesadaran tertib berlalu lintas masih sangat rendah.
Lalu, kepatuhan terhadap aturan lalu lintas masih belum bertumbuh dengan baik. Ia juga mengingatkan, bahwa maraknya penindakan belum memberikan dampak signifikan terhadap upaya mewujudkan Kamseltibcarlantas.
”Harusnya, segera dievaluasi apabila kebijakan dan upaya yang telah lama dilakukan, tetapi kurang memberikan dampak untuk mewujudkan keselamatam dan ketertiban lalu lintas,” jelas Edison.
Edison menambahkan, seolah muncul kesan, penindakan hanya untuk mengisi pundi-pundi pendapatan negara dan bukan pajak (PNBP) dari sektor denda tilang.
Baca juga:
Penerapan Sistem Tilang Poin dengan Teknologi ETLE Face Recognition
“Semestinya semangat penindakan harus setara dengan upaya meningkatkan kesadaran tertib dan keselamatan berlalu lintas,” ungkap Edison.
ITW pun menyarankan agar sosialisasi dan kampanye tertib dan keselamatan berlalu lintas harus lebih masif. Namun, juga melibatkan masyarakat secara langsung, bukan hanya sebagai penonton.
Upaya diawali dari komunitas masyarakat yang terkecil hingga kelompok dan organisasi dari desa sampai ke tingkat Pusat.
“Bahkan sudah waktunya, tertib dan keselamatan berlalu lintas menjadi mata pelajaran di tingkat sekolah dasar atau sekolah menengah,” tutup Edison. (knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Langkah Langkah Polisi dan TNI Bereskan Situasi Setelah Demo di Berbagai Daerah Rusuh

Polisi Tetapkan 42 Tersangka Demo Rusuh di Surabaya, Hampir Setengahnya Anak-Anak

Polisi Masih Buru Akun Media Sosial yang Sebarkan Provokasi Demo dan Penjarahan

Pengemudi Rantis Tabrak Ojol Affan Kurniawan Hadapi Sidang Etik, Kronologi Penabrakan Diharapkan Terungkap

Pelaku Aksi Anarkis Terbukti Pakai Narkoba sebelum Merusuh saat Demonstrasi, Polisi: Untuk Tambah Motivasi dan Hilangkan Rasa Takut

Polisi Kumpulkan Video Pembakaran Gedung DPRD, Dari CCTV dan Video Warga

Catatan YLBHI Demo 25-31 Agustus: 3.337 Orang Ditangkap, 1.042 Luka-Luka, 10 Meninggal

Kecam Penangkapan Delpedro Marhaen, Amnesty International: Negara Seharusnya Dengarkan Tuntutan Rakyat

YLBHI Sebut Tindakan Aparat dalam Penanganan Demo Mengarah Teror terhadap Rakyat

Polisi Tembaki Kampus Unpas - Unisba dengan Gas Air Mata, Ketua Komisi X DPR: Kami Sangat Menyesalkan Terjadinya Aksi Kekerasan
