Wisatawan yang Pernah Terkena COVID-19 dapat Masuk Islandia Tanpa Tes
Kamis, 03 Desember 2020 -
BEBERAPA negara perlahan-lahan mulai membuka kembali perbatasan negaranya untuk kunjungan pariwisata, termasuk Islandia. Bahkan negara tersebut bolehkan orang yang pernah terinfeksi COVID-19 untuk masuk ke negaranya tanpa perlu melakukan tes.
Islandia termasuk negara pertama yang membuka kembali perbatasannya untuk turis pada bulan Juni. Mereka pun awalnya juga memberlakukan tes COVID-19 dan hanya memperbolehkan masuk orang-orang yang memiliki hasil negatif.
Baca Juga:
5 Ayunan Ekstrem Indonesia Ini Tawarkan Pemandangan Alam Tak Biasa

Dilansir dari Antaranews, Rabu (2/12), Setelah masuk pada fase kedia di bulan Agustus 2020, Islandia kemudian membuat sebuah aturan baru, yakni wisatawan bisa memilih untuk mengarantina diri selama 14 hari (untuk pemilik hasil tes positif) atau mengikuti tes saat kedatangan, mengarantina diri selama lima hari lalu melakukan tes kembali.
Akan tetapi, mulai 10 Desember setiap wisatawan yang datang dari Wilayah Ekonomi Eropa (EEA) dapat menunjukkan dokumen bahwa ia pernah terinfeksi COVID-19 dan telah pulih dapat melewati tes yang dilakukan pada saat kedatangan serta bebas dari karantina diri.
Hal ini tentu saja menimbulkan penolakan dari para ahli. karena banyak yang percaya jika pernah terkena virus korona maka tubuh akan melawannya karena sudah memiliki antibodi dari virus tersebut, sehingga tidak akan terpapar virus korona untuk kedua kalinya. Padahal menurut ahli, berapa lama kekebalan tubuh tersebut dapat bertahan pada seseorang belum bisa dibuktikan.
Baca Juga:
Ini Destinasi Wisata Dunia Terbaik 2021 Versi National Geographic

"Tanpa adanya data konklusif tentang risiko terinfeksi ulang, Islandia seharusnya tidak mengandalkan infeksi virus korona sebelumnya yang akan memberikan kekebalan," kata dekan di NYU School of Global Public Health, Dr Danielle C Ompad yang dikutip Insider, Rabu (1/12).
Hal serupa juga dikatakan oleh profesor penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Vanderbilt, Dr. William Schaffner. Menurut dia hingga saat ini belum bisa dipastikan berapa lama sistem antibodi tubuh bisa melawan infeksi COVID-19.
"Kami (peneliti) benar-benar tidak tahu pasti berapa lama antibodi tubuh dapat melakukan perlindungan ulang terhadap infeksi atau berapa lama dia (antibodi) akan bertahan setelah Anda pulih dari virus. Bahkan proses pengujian yang dibuat untuk menentukan berapa lama kekebalan itu masih baru dilakukan dan belum tentu sepenuhnya akurat," kata Dr. Schaffner. (Kna)
Baca Juga: