Waspada, Ini Deretan Modus Penipuan Online yang Sering Terjadi

Minggu, 22 Agustus 2021 - Raden Yusuf Nayamenggala

MARAKNYA modus penipuan online sangat meresahkan warga. Apalagi bagi masyarakat yang tidak begitu paham dengan teknologi, bisa menjadi sasaran empuk para penipu.

Karena itu, kamu perlu mengetahui berbagai modus penipuan online yang kerap terjadi. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menemukan, ada lima modus penipuan online yang sering digunakan di Indonesia.

Baca Juga:

Awas! File WhatsApp Bisa Dimanipulasi untuk Penipuan, Kenali Cara Mencegahnya

Kemkominfo meminta agar masyarakat selalu waspada, karena banyaknya modus penipuan online. (Foto: pixabay/tumisu)

Karena banyaknya modus penipuan tersebut, Kemkominfo meminta masyarakat untuk selalu waspada, dan membiasakan diri untuk melindungi data pribadi. Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Semuel A. Pangerapan.

"Kominfo meminta masyarakat untuk mewaspadai ragam modus penipuan online yang biasanya terjadi di ruang digital, seperti phising, pharming, sniffing, money mule, dan social engineering," ujar Semuel, seperti yang dikutip dari laman Antara.

Modus penipuan online yang pertama yakni phising. Biasanya pelaku kejahatan mengaku dari lembaga resmi lewat sambungan telepon, email, hingga pesan teks.

Para penipu memanipulasi korban agar mau memberikan data pribadi, yang akan digunakan untuk mengakses akun penting milik sang korban. Selain itu, phising pun mengakibatkan berbagai kerugian, seperti pencurian identitas pribadi.

Baca Juga:

Apple Sukses Cegah Penipuan Senilai Rp21,3 triliun

Semuel meminta masyarakat untuk lebih teliti dalam membaca email atau teks, agar bisa melihat apakah si pengirim berasal dari institusi asli.

Kemudian, modus yang banyak terjadi ialah phraming ponsel, yakni mengarahkan korban kepada situs web palsu. Bila korban mengklik entri domain name system (DNS), maka akan tersimpan dalam bentuk cache.

Bahayanya, pelaku telah memasang malware pada situs palsu tersebut. Dengan begitu, pelaku bisa mengakses perangkat korban secara ilegal. "Kasus seperti ini banyak terjadi, seperti halnya, ada yang akun WhatsApp-nya disadap atau diambil karena ponsel telah dipasangkan malware oleh pelaku, sehingga data-data pribadinya dicuri," ujar Semuel.

Modus ketiga yang ditemukan Kominfo ialah sniffing. Pada modus ini pelaku meretas untuk mengumpulkan informasi pada perangkat korban, kemudian mengakses aplikasi yang menyimpan data penting.

Sniffing dapat terjadi saat menggunakan WiFi publik, terlebih apabila kamu menggunakan perangkat untuk bertransaksi.

Kemudian modus keempat dikenal dengan nama money mule. Pada modus ini pelaku meminta sang korban untuk menerima sejumlah uang di rekeningnya, kemudian dikirim ke orang lain. Di luar negeri, pelaku akan melakukan kliring cek, yang bila diperiksa adalah palsu.

"Begitu kita masukkan, kalau di sana prosesnya masuk itu muncul dulu di rekening kita. kalau ternyata tidak clearing, dipotong. Lalu, jika sudah digunakan harus dikembalikan," jelas Semuel.

Untuk praktik yang terjadi di Indonesia, sang pelaku biasanya akan meminta korbannya untuk membayarkan pajak sebelum hadiah dikirim.

"Jadi, sekarang itu masyarakat perlu berhati-hati, karena money mule digunakan untuk money laundry atau pencucian uang. Kamu akan saya kirim uang, namun harus transfer balik ke rekening ini," ujar Semuel memberikan contoh.

Masyarakat harus memahami dan menerapkan budaya privasi data. (Foto: pixabay/vickygharat)


Sementara itu, modus terakhir yakni social engineering atau disebut juga rekayasa sosial. Modusnya, sang pelaku memanipulasi psikologis korban untuk mendapatkan informasi yang penting, seperti meminta kode OTP atau one-time password.

Dengan kata lain, masyarakat kerap kali mungkin tidak sadar ketika membagikan data-data penting yang semestinya perlu dijaga.

Karena maraknya modus penipuan yang terjadi di Tanah Air, Semuel menyarankan kepada orang yang sering menggunakan ruang digital, perlu memahami serta menerapkan budaya privasi data. Seperti halnya membuat kata sandi yang sulit ditebak, rutin mengganti kata sandi, serta memperbarui perangkat lunak. (ryn)

Baca Juga:

Heboh! WhatsApp Call Disusupi Spyware yang Berbahaya

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan