Viral 'Playing Victim' Anak STM Tak Dibayar Usai Demo, Polisi: Narasi Propaganda

Selasa, 01 Oktober 2019 - Angga Yudha Pratama

Merahputih.com - Beredar di media sosial grup whatsapp yang berisi percakapan pelajar STM saat demonstrasi di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Senin (30/9) kemarin.

Isi dari percakapan tersebut yakni beberapa pelajar yang gelisah menunggu pembayaran atas aksi demo yang mereka lakukan.

Baca Juga:

Nyamar Jadi Pelajar, Seorang Satpam Ngaku Dibayar Rp 40 Ribu untuk Ikut Demo

Isi percakapan yang tersebar berisi sejumlah anak STM yang datang ke Jakarta untuk berdemo karena dibayar. Lantas, mereka gelisah, marah-marah di grup tersebut mencari keberadaan si korlap aksi lantaran pembayaran tak kunjung dilakukan.

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menyatakan, ada upaya propaganda di media sosial menggunakan cara tersebut.

"Karena sebagian besar adalah anonymous, narasi-narasi yang dibangun adalah narasi propaganda, tentunya dari direktorat Cyber Bareskrim sudah memprofiling," tutur Dedi kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (1/9).

Salah satu Screenhot percakapan yang beredar di media sosial (ist)

Menurut Dedi, pada akhirnya narasi yang digunakan bersifat provokatif untuk membuat kegaduhan di masyarakat.

"Belum bisa dipastikan, kalau itu anggota polisi pun kan belum bisa dipastikan betul anggota atau bukan, dan narasinya saya belum baca, ada unsur perbuatan pidananya nggak. Kalau enggak ada perbuatan pidana, nanti jajaran multimedia akan membuat literasi digital agar masyarakat betul-betul cerdas dan bijak menggunakan sosmed," kata Dedi.

Polri nantinya akan menyelidiki nomor-nomor handphone yang tertera di tangkapan layar grup WA siswa STM yang tersebar itu.

Baca Juga:

Depan Gedung DPR Diblokade, Mahasiswa Kecewa Tak Bisa Gelar Aksi

Dia mengingatkan ada UU ITE yang bisa menjerat jika terbukti ada unsur kesengajaan oleh orang atau kelompok untuk menciptakan kegaduhan di masyarakat.

"Kita paham betul apa yang ada di media sosial itu boleh dikatakan sebagian besar adalah ononim. Narasi yang dibangun narasi propaganda," tutup Dedi. (Knu)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan