Universitas Indonesia Dokumentasikan Budaya Bugis di Karimunjawa

Senin, 04 November 2024 - Soffi Amira

MerahPutih.com – Meskipun berada di wilayah lepas Pantai Utara Jawa, Desa Kemuian di Kecamatan Karimmuniawa, Jepara, Jawa Tengah, justru memiliki banyak penduduk orang Bugis.

Desa dengan luas wilayah 162.1 km itu diisi oleh 60 persen orang Bugis. Uniknya, mereka bukan berasal langsung dari Sulawesi Selatan, melainkan perantau asal Bugis nan telah lama bermukim di Kepulauan Masalembu, Madura, Jawa Timur, sehingga membentuk corak budaya begitu khas.

Tradisi masyarakat Bugis di Kemujan sangat unik karena asal-usulnya masyarakat pelaku budayanya serta persentuhan budayanya dengan ragam budaya lainnya di gugus kepulauan Karimunjawa,” ucap pengajar Program Studi Jawa FIB-UI sebagai dosen pendamping Tim Kepmas UI, Atin Fitriana dalam keterangan resminya.

Lebih lanjut, orang Bugis di Kemujan masih memegang erat tradisi dan adatnya. Persentuhan dengan ragam kultur lain, seperti Bajo, Mandar, Madura, Buton, terutama Jawa tak membuat akar budaya mereka tergerus.

Baca juga:

Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia Bantu Wujudkan Mimpi Anak-Anak Pesisir Bekasi

Justru, orang Bugis di Kemujan sadar betul bagaimana mengelola tradisinya di era globalisasi agar punya dampak langsung bagi kehidupan masyarakat.

Mereka membentuk Joka-Joka, pada bahas Bugis berarti jalan-jalan, sebagai medium pengelolaan wisata berbasis budaya dengan misi mengenalkan kebudayaan Bugis di Kemujan kepada wistawan Pulau Karimunjawa.

Adapun, kegiatan pendokumentasian tradisi dan adat masyarakat Bugis di Kemujan sangat strategis, menurut Atin Fitriana, selain karena pelaku budayanya sadar secara aktif melestarikan khasanah budaya mereka, juga muncul potensi pengaburan identitas kultural lantaran pesatnya globalisasi ditambah derasnya pengaruh akulturasi dengan budaya lain sehingga melahirkan amalgamasi atau suatu identitas baru.

Tim Kepmas UI, gabungan dari mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) Fakultas Farmasi (FF), Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK), Fakultas Psikologi (Fpsi), dan Program Pendidikan Vokasi diketuai M. Aftharu Mulya, serta dosen pendamping lapangan Dr. Atin Fitriana, M.Hum. melakukan kegiatan pendokumentasian tradisi dan adat masyarakat Bugis di Kemujan, termasuk rekam jejak Joka-Joka sebagai pelestarian pastisipatif masyarakat pelaku kebudayaannya.

Baca juga:

Alat Musik Gambus Asal Riau Jadi Sarana Penyampaian Budaya

Berbagai lini kehidupan masyarakat Bugis tak lepas dari tradisi dan adat nan bertalian dengan agama Islam. Salah satu tradisi masih dilestarikan di Kemujan erat hubungannya dengan praktik keagamaan, tak lain To’dok Tello’.

Ritual bagian dari perayaan kelahiran Rasul setiap bulan Rabiul Awal di kalender Hijriah tersebut disertai dengan pembacaan Sure’ Makellu’ menceritakan risalah kelahiran Rasul serta Sure’ Malindrung berisikan risalah kematian Rasul. To’dok Tello’ bermakna menusuk telur sehingga filosofinya terkait keseimbangan hidup duniawi dan samawi.

Perjalanan dan pengalaman tersebut, lanjut Atin Fitriana, membantu memahami cara hidup dan kebiasaan masyarakat Bugis sehingga dapat mengapresiasi keberadaan kebudayaannya.

Jadi, mereka dapat lebih mudah mengapresiasi setiap tradisi dan kebudayaan masyarakat Bugis dan memahami pentingnya masyarakat Bugis Kemujan dalam membentuk identitas Karimunjawa,” pungkas Atin. (far)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan