Soal G30S/PKI, Bonnie Triyana: '65 Itu Politik
Senin, 28 September 2015 -
MerahPutih Peristiwa - Gerakan 30 September 1965 atau biasa disebut G30S/PKI oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menculik dan membunuh 6 jenderal dan 1 perwira pertama masih menjadi misteri hingga saat ini.
Sebab, belum diketahui siapa dalang penculikan dan pembunuhan tersebut. Sejarawan dari Majalah Historia Bonnie Triyana menyebut, Soeharto tidak terlibat dalam aksi itu.
"Enggak lah. Soeharto itu bukan siapa-siapa, dia baru terkenal setelah berkuasa," kata Bonnie kepada merahputih.com, di Cikini, Jakarta, Minggu (27/9).
Dikatakan Bonnie, Soeharto hanya menjadikan peristiwa G30S/PKI untuk menumpas organisasi terlarang tersebut. Padahal, seharusnya sebelum diberangus diadili terlebih dahulu.
"Kenapa Aidit langsung dihukum mati di Boyolali, padahal kalau pemerintah orba (orde baru) mau meng-clear-kan dibuktikan dulu di pengadilan," kata Bonnie.
Dijelaskan dia, peristiwa '65 sebenarnya dilatarbelakangi politik perebutan kekuasaan yang saat itu masih di tangan Presiden Soekarno. Baik partai politik, termasuk PKI, maupun militer ingin mengambil alih kekuasaan.
"Saat itu Soekarno sedang sakit. Jadi kondisinya serba rumit," tutur Bonnie.
Jika diadakan pemilu, imbuh Bonnie, maka hampir bisa dipastikan Soekarno akan menang kembali. Namun, kala itu tidak ada pemilu sehingga jalan satu-satunya adalah mengudeta.
"Jadi PKI mau ambil alih, tapi ada penghalang yaitu militer. Saat itu ada desas-desus dewan jenderal yang ingin mengambil kekuasaan. Tiba-tiba ada sekelompok tentara Cakrabirawa (Paspampres era Soekarno) yang menentangnya, nah PKI mendukungnya (Cakrabirawa)," kata Bonnie.
Bonnie mengatakan, gerakan untuk menjatuhkan Soekarno tersebut sebenarnya masih absurd. Sebab, yang mau dikudeta justru dijatuhkan oleh tentara.
"'65 itu politik," pungkas dia.
Baca Juga: