Sikap Keras Amerika Serikat Terhadap Iran Bisa Picu Perang Kawasan

Rabu, 23 Mei 2018 - Eddy Flo

MerahPutih.Com - Penarikan diri Amerika Serikat terhadap penjanjian nuklir Iran disesalkan sejumlah negara Barat. Amerika Serikat bahkan mengancam akan menjatuhkan sanksi yang lebih berat lagi kepada Iran.

Menanggapi ancaman itu, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian memperingatkan sikap keras AS terhadap Iran bisa memicu 'ketegangan tinggi' serta menyulut perang di kawasan tersebut.

"Kita berada pada kegoyahan parah. Segalanya ditanggapi dengan sikap membara," kata Le Drian.

Diplomat Prancis itu mengatakan dalam wawancara dengan radio France Inter bahwa sikap Washington berisiko semakin membahayakan kawasan tersebut.

Mike Pompeo
Mike Pompeo bertemu dengan Menlu Arab Saudi Adel al-Jubeir di Riyadh, Minggu (29/4) (Foto: PressTV)

Sebelumnya, pada pekan ini, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengancam menjatuhkan "sanksi terberat dalam sejarah" terhadap Iran jika negara itu menolak mengekang program peluru kendali balistik serta pengaruhnya di kawasan tersebut.

Le Drian mengatakan sebagaimana dilansir Antara dari Reuters menyatakan ketidaksetujuan terhadap sanksi AS kepada Iran.

"Kita tidak setuju dengan cara itu karena sekumpulan sanksi ini, yang akan dikenakan terhadap Iran, tidak akan memungkinkan dialog terjadi dan, kebalikannya, akan memperkuat kalangan konservatif serta melemahkan Presiden (Hassan) Rouhani." "(Penjatuhan) sanksi-sanksi ini tidak bisa diterima. Kita tidak bisa membiarkan sanksi-sanksi tersebut menjadi sesuatu yang sah," tambahnya.

Le Drian mengatakan kesepakatan nuklir Iran merupakan "harta yang harus dijaga".

Presiden AS Donald Trump
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara pada Upacara Peringatan Pasukan Perdamaian NasionalTahunan ke-37 di U.S Capitol di Washington(ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque)

Kesepakatan nuklir Iran, yang secara resmi disebut dengan Rencana Aksi Komprehensif Bersama, ditandatangani pada Juli 2015 oleh Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa, yaitu Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat, serta dengan Uni Eropa dan Jerman.

Berdasarkan atas kesepakatan itu, Iran setuju membekukan program nuklirnya sebagai imbalan atas pencabutan sebagian besar sanksi internasional.

Presiden AS Donald Trump telah memutuskan untuk menarik AS dari perjanjian itu, yang ditandatangani di bawah pemerintahan pimpinan pendahulunya --Barack Obama.

Trump mengatakan perjanjian tersebut tidak menangani masalah program rudal balistik Iran, kegiatan nuklir Iran setelah 2025 dan peranan negara itu dalam konflik-konflik di Yaman dan Suriah.

Namun, menurut Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) di Wina, Iran sejauh ini mematuhi semua persyaratan, yang ditentukan dalam kesepakatan tersebut.

Mohammad Bagheri
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Bagheri (Foto: thebaghdadpost)

Pejabat tinggi militer Iran menyebut para pemimpin Amerika Serikat tidak setia dan kejam. Pada Rabu (23/5) dalam keterangan di hadapan parlemen di Teheran, Bagheri menegaskan bahwa tidak akan tunduk pada tekanan Washington untuk membatasi kegiatan militer negaranya.

"Angkatan bersenjata Iran kini, insyaallah, lebih siap dari sebelumnya dan tidak akan menunggu izin atau persetujuan dari kekuatan apa pun untuk mengembangkan kemampuan pertahanan," kata Mayor Jenderal Mohammad Bagheri seperti dikutip kantor berita negara IRNA.

Dua minggu sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional dengan Iran, yang mencabut sanksi terhadap Republik Islam tersebut sebagai ganti pengekangan program nuklirnya.

Bagheri, Pemimpin Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, menyebut para pemimpin AS "tidak setia, kejam, penjahat, terkucil, marah, korup, dan dibayar rezim Zionis", dan mengatakan Washington tidak memiliki keberanian melakukan bentrokan militer dengan Teheran, demikian IRNA.(*)

Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Pertemuan Puncak Donald Trump dan Kim Jong Un Kemungkinan Besar Ditunda

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan