Serangan Umum 1 Maret 1949, Ide Siapa?

Selasa, 01 Maret 2022 - P Suryo R

SERANGAN Umum 1 Maret menjadi bagian dari kisah perjuangan Indonesia melawan kolonialisme. Aksi militer ini pernah difilmkan oleh Usmar Ismail dengan judul Enam Djam di Djogja. Kemudian Serangan Fajar (1982) dan Janur Kuning (1980). Dua film ini mengedepankan peran Suharto melakukan serangan ke Ibukota Indonesia saat itu, Yogyakarta, sebagi bukti bahwa militer Indonesia masih ada.

Ini yang kemudian menjadi kontroversi di masyarakat. Para pengamat sejarah menganalogikan bahwa kala itu Suharto yang berpangkat Letnan Kolonel, tidak mungkin membuat gerakan militer seperti itu, karena masih ada Jenderal Sudirman sebagai panglima. Kemudian persiapan gerakan militer secara luas dan bersinergi, sekaligus disiarkan ke dunia internasional.

Baca Juga:

Polda Metro Jaya Berlakukan Tilang Elektronik, Pelanggar tak Bisa Berkelit

serangan
Serangan Umum 1 Maret 1949 disetujui oleh Panglima Besar jenderal Sudirman. (Foto: Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta)

Dari Wikipedia dituliskan bahwa Sri Sultan Hamengku Buwono IX (HB IX) di awal tahun 1949 melontarkan ide serangan militer besar-besaran pada posisi-posisi militer Belanda di kota Yogyakarta. Ide tersebut disampaikan ke panglima Jenderal Sudirman yang kemudian menyetujui aksi militer itu. Lantas HB IX bertemu dengan Letkol Suharto yang ditunjuk Jenderal Sudirman menjadi komandan lapangan. Serangan itu dilancarkan pada pukul enam pagi dan berhasil menduduki Yogyakarta selama enam jam yang membuat mata internasional terbuka. Kode serangan diberikan oleh Belanda, berupa sirene berakhirnya jam malam.

Diambil dari Cuplikan Sejarah Perjuangan TNI AD yang diterbitkan oleh Dinas Sejarah Militer TNI AD tahun 1972, menuliskan Suharto adalah inisiator Serangan Umum 1 Maret. Sementara pada buku Takhta untuk Rakyat (Mohammad Roem – 1982) sangat jelas yang menjadi penggagas aksi militer itu.

Ketika sirene berbunyi, serangan ini pun dilancarkan dengan pasukan Letkol Soeharto menyerang dari sektor barat sampai ke Malioboro. Kemudian di sebelah timur ada pasukan yang dipimpin oleh Ventje Sumual, lalu di sebalah selatan dan timur dipegang Mayor Sardjono, sektor utara di bawah Mayor Kusno. Sementara di wilayah kota pasukan Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki melakukan aksinya. (psr)

Baca Juga:

72 Tahun yang Lalu Universitas Indonesia Memulai Perkuliahannya

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan