Sejumlah Wilayah di Indonesia Diprediksi Baru Alami Kemarau di Juli dan Agustus

Minggu, 17 Maret 2024 - Dwi Astarini

MERAHPUTIH.COM - HUJAN deras belakangan kerap mengguyur sebagian wilayah Indonesiam baahkan sampai memicu bencana seperti banjir. Lantas, kapankah itu berarti musim kemarau akan tiba? Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memberikan prediksinya.

Ia memprediksi musim kemarau 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia mundur jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang biasa terjadi di Maret dan April. “Puncak musim kemarau 2024 diprediksi terjadi di Juli dan Agustus,” kata Dwikorita di Jakarta, Minggu (17/3).

Dwikorita menjelaskan wilayah yang awal kemaraunya diprediksikan mundur, yaitu Sumatra Utara, Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, sebagian besar Kalimantan, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, sebagian besar Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Maluku.

Baca juga:

BMKG Nyatakan Musim Kemarau di Indonesia Tak Akan Separah Korea Selatan

Adapun wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau di bawah normal yaitu di sebagian kecil Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, NTT, Maluku Utara, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan.

Sementara itu, wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau di atas normal, yaitu sebagian kecil pesisir selatan Sumatra Barat, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, besar Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan.

Kalimantan Timur, sebagaian kecil Kalimantan Utara, sebagian selatan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, bagian utara dari Gorontalo dan Sulawesi Utara, Maluku, Papua Barat, dan sebagian besar Papua Selatan akan mengalami kondisi serupa.

Sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami puncak musim kemarau pada Agustus 2024 yaitu meliputi sebagian Sumatra Selatan, Jawa Timur, sebagian besar Pulau Kalimantan, Bali, NTB, NTT, sebagian besar Pulau Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Pulau Papua.

“Namun demikian, terdapat beberapa wilayah yang mengalami puncak musim kemarau pada Juli dan September 2024," terangnya.

Terkait dengan El Nino, Dwikorita menerangkan bahwa hingga awal Maret 2024, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudra Pasifik menunjukkan El Nino moderat masih berlangsung dengan nilai indeks 1,59. “Sedangkan di Samudra Hindia, pemantauan suhu muka laut menunjukkan kondisi netral,” ungkap Dwikorita.

Adapun kondisi suhu muka laut di Indonesia diprediksikan berada dalam kondisi yang lebih hangat, dengan kisaran +0.5 - +2.0 derajat celcius lebih hangat daripada kondisi normalnya.

BMKG, lanjut Dwikorita, mengimbau Kementerian dan Lembaga, Pemerintah Daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau lebih kering ketimbang biasanya. “Wilayah tersebut diprediksi dapat mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan sumber air,” jelas Dwikorita.

Pemerintah daerah, menurutnya, dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan.

“Selain itu, tindakan antisipasi juga diperlukan pada wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau atas normal (lebih basah dari biasanya). Khususnya untuk tanaman pertanian atau hortikultura yang sensitif terhadap curah hujan tinggi,” tutup Dwikorita.(knu)

Baca juga:

Musim Kemarau, Masalah Kesehatan dan Potensi Bencana Mengintai

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan