Sanghyang Dedari, Tarian Sakral Penolak Bala dari Bali
Selasa, 24 September 2024 -
Merahputih.com - Mengekspresikan permohonan doa melalui tarian merupakan salah satu cara masyarakat hindu Bali meminta bantuan kepada Sang Hyang. Salah satu contohnya yakni dengan menarikan Tari Sanghyang Dedari.
Dilansir laman denpasarkota.go.id, Sanghyang dikatakan sebagai tarian sakral karena termasuk dalam tari kerauhan (kemasukan roh), yakni roh dedari maupun roh binatang yang memiliki kekuatan gaib.
Disebutkan kalau tarian Sanghyang Dedari merupakan warisan budaya pra-Hindu bertujuan menolak bala alias hal-hal buruk, seperti bencana alam atau wabah penyakit.
Baca juga:
Rayakan Penampahan Galungan, Umat Hindu Bali Memasak Lawar nan Penuh Makna
Dengan tarian Sanghyang Dedari ini, masyarakat lokal melakukan perjalanan spritual agar terhubung dengan alam gaib. Dilakukan dengan iringan tembang-tembang pemujaan serta tetabuhan.
Melaksanakan tradisi tarian Sanghyang Dedari mesti mengandung tiga unsur penting yakni api, gending sanghyang dan penari.
Baca juga:
Pemulasaraan Jenazah Lewat Tradisi Mepasah di Desa Trunyan Bali
Secara teknis, tarian Sanghyang Dedari dilakukan sepasang penari cilik yang sebelumnya diupacarai dan dinyanyikan gending sanghyang dedari. Kemudian ditunggu sampai pingsan, sebagai pertanda sudaj dimasuki roh dedari.
Nantinya, kedua penari akan mensri dalam keadaan tidak sadar di atas pundak pria mengelilingi tempat pentas.
Baca juga:
5 Makanan Khas Bali yang Paling Diincar Wisatawan
Hal yang menarik dari tarian Sanghyang Dedari adalah busan dan atribut yang dikenakan penari. Di mana busana berwarna putih kuning. Artinya melambangkan kesucian, keselamatan, dan kemakmuran.
Sedangkan atributnya, di bagian kepala (gelungan) diletakkan kulit buah jeruk Bali berhias rangkaian bunga sandat, cempaka, ratna, gemitir, dan jepun. Tradisi gelungan tersebut hanya ada di Desa Geriana Kauh. Sehingga setiap daerah, berbeda pula gelungannya. (Tka)