Rusuh di Papua Dipicu Rasialisme, Natalius Pigai: Itu Tindakan Perlawanan!
Selasa, 20 Agustus 2019 -
Merahputih.com - Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menilai kerusuhan di Manokwari terjadi karena adanya kemarahan yang sangat mendalam.
Rakyat Papua melakukan tindakan menentang diskriminasi rasial yang kini tengah dihadapi usai merebak adanya isu hinaan 'monyet' kepada mahasiswa di Surabaya.
"Tindàkan rasialisme itu tindakan yang menyerang dan merendahkan martàbat setiap individu. Karena itu ketika orang Papua dikatakan Monyet dan Gorila, tentu memancing reaksi indìvidu yang ras, warna kulit dan etño biologis yang sama sebagai bangsa Papua melanesia. Karena itulah tindakan perlawanan atau anti rasial muncul secara spontanitas oleh setiap individu di Papua,"kata Natalius kepada Merahputih.com di Jakarta, Selasa (20/8).
Baca Juga: Soal Kasus Rasisme Papua, Rully Nere: Kami Indonesia
Natalius melanjutkan, menjamurnya rasialisme dan Papua Phobia atau Phobia terhadap orang Papua dan kulit hitam sesungguhnya bukan hal baru di Indonesia. Tindakan itu sudah dilakukan sejak pasca integrasi politik Indonesia 1970an kemudian 1980an sampai hari ini dan terus berlangsung.
"Papua phobia justru dilakukan oleh kaum migran yang mengadu nasip hidup di Papua, àparat TNI/Polri, Pènegak Hukum dan Koorporasi, masyarakat Papua tidak memiliki daya juang untuk mencari keadilan melalui proses hukum," jelas Natalius yang juga berasal dari Papua ini.
Natalius kecenderungan hari ini adalah design politik menguntungkan satu suku dan tercipta kultus budaya dan suku.
"Semakin haus akan kekuasaan, makin rakus dan sombong sehingga merendahkan harkat dan martabat suku-suku lain sebagaimana terjadi pada hari ini," jelas tokoh Papua ini.

Natalius meminta agar pemerintah tidak menyalagunakan otoritas negara untuk menjastifikasi tindakan rasisme dengan kriminalisasi terhadap rakyat Papua yang protes baik di Manokwari, Sorong, Jayapura dan hampir semua penjuru Propinsi Papua dan Papua Barat.
"Dalam konteks sosiologi konflik, rasialisme muncul sebagai isu yang timbul tenggelam (recurent issues). Di Negara lain, perlawanan terhadap rasialisme, senophobia dan anti semistik adalah perang tanpa titik akhir (infinity war). Ìtu yang harus dicamkan," tutup Natalius.
Sebagai informasi, situasi terkini keadaan di Papua Barat khususnya Manokwari sedang tidak kondusif karena adanya demonstrasi memprotes insiden kekerasan dan pengusiran mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya, Jawa Timur pada 16 Agustus 2019.
Baca Juga: Aparat Negara Diduga Terlibat dalam Insiden Kerusuhan di Manokwari
Sejumlah ruas jalan di Manokwari, terutama Jalan Yos Sudarso yang merupakan jalan utama Kota Manokwari diblokade massa yang mengakibatkan aktivitas masyarakat maupun arus lalu lintas lumpuh.
Tidak hanya memblokade jalan saja, dalam aksi itu warga juga menebang pohon dan membakar ban di jalan raya.
Aparat kepolisian Polda Papua Barat dan Polres Manokwari mulai turun ke jalan guna mengendalikan situasi aksi protes warga atas insiden pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya tersebut. (Knu)