Putri Gus Dur Kecam Aparat Sering Datangi Asrama Mahasiswa Papua Picu Cap Separatis
Selasa, 10 September 2019 -
Merahputih.com - Koordinator Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid meminta kepada aparat untuk tidak menggunakan pendekatan curiga atau prasangka kepada orang Papua.
"Lima tahun ini asrama mahasiswa Papua sering didatangi aparat. Mereka langsung dicap sparatis dan sebagainya. Padahal pendekatan yang harus dilakukan adalah pendekatan diskusi," ujar Alissa, Senin (9/9).
Baca Juga:
Kalau Lobinya Bagus, Dalang Kericuhan di Papua Bisa Dibawa ke Indonesia
Jika terus menerus dilakukan pendekatan seperti itu, justru akan semakin menambah luka batin masyarakat Papua dan terus bakal jadi gejolak.
Gejolak dan kerusuhan yang terjadi di Papua saat ini, menurut Alissa, sebagai akumulasi dari pendekatan penuh curiga dan represif kepada masyarakat Papua.

Alissa mengatakan pendekatan dengan cara seperti itu harus dihentikan dan diganti dengan pendekatan yang lebih merangkul. Selain itu, pemerintah harus membuka ruang diskusi dengan masyarakat Papua.
"Meredakan ketegangan tidak harus dengan memaksakan represi tapi bisa dengan berdialog dengan tokoh-tokoh Papua yang bisa mendinginkan suasana," tegas putri sulung almarhum Gus Dur itu.
Alissa optimistis bahwa sebagian besar orang Papua masih ingin menjadi orang Indonesia, untuk itu pemerintah harus menghentikan pendekatan represif yang hanya akan semakin menambah luka masyarakat Papua.
Baca Juga:
Kepala Badan Siber Klaim Kerusuhan di Papua Disebabkan Maraknya Berita Hoaks
Menurut dia, sebagaimana dikutip Antara, diskriminasi akan terus terjadi kepada masyarakat Papua jika pemerintah pusat belum bisa menuntaskan masalah kesenjangan.
Papua adalah salah satu daerah yang memberikan sumbangan PDB terbesar untuk negara, namun kesejahteraan masyarakatnya belum terjamin. (*)