Prostitusi Online Cara Pintas Cari Kebahagiaan

Kamis, 30 Juli 2015 - Eddy Flo

Merahputih Megapolitan - Seorang perempuan berparas manis, semampai dengan celana pendek motif polkadot dan dibalut 'tank top' tiba di sebuah kafe bilangan Jakarta Selatan. Cuaca panas Jakarta siang itu membuatnya tampak tak berkeringat. Sepertinya ia mengenakan kosmetik merk mumpuni dengan harga yang pastinya mahal. Sambil melempar senyum, ia turun dari mobil premium buatan Jepang keluaran terbaru.

"Cuma telat lima menit kan," ujarnya menyapa merahputih.com sambil tersenyum.

Memang tidak mudah untuk menghubungi, sebut saja Melati, untuk melakukan sesi wawancara. Itu pun setelah melakukan negosiasi yang cukup panjang agar perempuan berusia 24 tahun itu bisa menceritakan kisahnya menjadi pelaku prostitusi online.

"Tapi itu dahulu lho, sekarang saya sudah 'diambil' sama seorang cowok dan tinggal di Singapura. Jadi sering bolak balik saja," tuturnya.

Setelah memesan jus jeruk, ia memulai ceritanya sambil menghisap rokok putih.

"Semua dimulai saat saya sekolah di sebuah SMK, kelas tiga sekitar tahun 2010," ujarnya sambil menceritakan SMK swasta tempatnya menempuh pendidikan lanjut berlokasi di Jakarta Barat.

Melati melanjutkan kalau dirinya saat SMA sudah mulai 'nakal'. Seperti dikisahkan kenakalannya itu bermula saat pacaran.

"Waktu itu punya pacar, ya kita melakukan hubungan intim sampai keperawanan saya hilang. Seru juga saya jadi lebih bergairah," tuturnya.

Sambil berpacaran, perempun yang memiliki tato di punggungnya itu mencoba hal lain, berselingkuh dan mengulangi perbuatannya, berhubungan intim dengan beberapa teman sekolahnya.

"Ada beberapa, saya sampai lupa. Ya, seru saja bisa jadi primadona cowok-cowok di sekolah. Ada yang cuma berani pegang-pegang doang. Ada yang sampai ke ranjang," ujarnya sambil tersenyum.

Ia kemudian melanjutkan, petualangan seksnya dilakukan di luar teman-teman sekolahnya. Bermula saat iseng-iseng memposting foto-foto hotnya di sebuah situs jejaring sosial Facebook. Ada seorang lelaki berprofesi sebagai fotografer tertarik untuk menjadikannya sebagai model. Perempuan berambut sebahu itu pun kemudian menerimanya dengan senang hati.

"Saya difoto seksi banget, bahkan sampai tanpa busana. Ya terus saya berhubungan dengan fotografer itu. Saya juga mulai memposting foto-foto seksi saya dan saat itu banyak yang mengajak kencan. Saya mencobanya dengan memilih lelaki pelanggan saya dan seru juga," tuturnya.

Dalam urusan berkencan, ia pun memilih hati-hati karena bisa jadi keluarga mengetahui. Karena itu, ia juga sangat memilih teman-teman yang masuk dalam 'friend list' akun media sosialnya.

"Banyak lelaki yang saya temui dan layani dan akhirnya saya lebih memilih lelaki yang tentunya memiliki kantong tebal. Kalau puas dan jadi pelanggan tetap kan bisa dapat bonus banyak," ujarnya sambil menceritakan, saat itu ia menjadi pusat perhatian teman-temannya karena sudah memegang ponsel merk BlackBerry Torch yang kala itu seharga sekitar Rp4 juta.

Untuk sekali kencan ia memasang tarif hingga Rp200.000. Ia mengaku menjadi laris manis karena banyak lelaki yang sedang mencari sensasi mencari kepuasan berkencan bersama pelajar SMA.

"Seminggu sama bonus dari pelanggan bisa dapat satu sampai dua juta rupiah. Saya juga enggak banyak terima, yang pasti-pasti saja. Pasti kasih bonus," ujarnya sambil tertawa.

Untuk menutupi statusnya yang mengikuti prostitusi online, di akun sosmed miliknya, ia mengaku tidak terang-terangan mengungkapkan jika dirinya bisa diajak kencan.

"Cukup dengan memancing dengan posting foto seksi atau gaya-gaya yang lucu gitu. Nah terus kalau ada yang komen minta kenalan atau kasih nomor telepon dan pin bb

(BlackBerry), saya tanggapi melalui DM (pesan langsung). Jadi transaksi tidak melalui wall," terangnya panjang lebar sambil menyedot strawberry milkshake yang sudah tersaji di meja.

"Saya juga punya list pelanggan di bb (BlackBerry) sehingga bisa berkomunikasi secara langsung dengan mereka," lanjutnya.

Dengan penghasilan per bulan rata-rata Rp7 juta, ia leluasa membeli barang-barang bermerek.

"Kadang dikasih pelanggan juga yang puas," ujarnya.

Mengetahui apa yang dilakukannya membuahkan rupiah yang cukup besar, ia kemudian meninggalkan sang pacar. Apalagi, ia merasa jika terikat hanya dengan hubungan pacaran, ia tidak bisa bergerak bebas untuk mencari uang.

"Saya pernah punya kejadian yang seru. Waktu itu di kelas kan yang perempuan cuma ada sekitar delapan orang, nah saya salah satu yang menonjol karena bisa 'nakal' dengan teman-teman cowok. Pernah suatu ketika saya kepergok sama guru sedang bercumbu di pojok sekolah. Untungnya tidak tanpa busana, jadi saya dipanggil ke ruang guru untuk disidang. Untungnya enggak dikeluarin dari sekolah," ceritanya tanpa perasaan menyesal.

Menurut Melati, ia melakukan praktik prostitusi online, bukan karena desakan ekonomi, sebab menurutnya, keluarganya termasuk berkecukupan dengan memiliki beberapa kamar kontrakan. Ia juga mengaku bukan terlahir dari keluarga broken home dan jauh dari ajaran agama.

"Orangtua saya harmonis, keluarga juga cukup mampu," tuturnya.

Ia beralasan, apa yang terjadi lantaran bermula untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda dengan perempuan seusianya. Namun akhirnya, ia pun menyadari, dirinya ketagihan. Berbicara tentang mencari pengalaman, setelah lulus SMK tahun 2010 silam, ia kemudian mencari pengalaman lain dengan hanya menerima pelanggan warga negara asing (WNA).

"Saya mulai kenal dandan dan berpenampilan menarik. Apalagi pekerjaan saya saat itu sebagai SPG sebuah merek handphone ternama menuntut saya untuk selalu tampil menarik. Saya kemudian ingin cari pengalaman bukan sama lelaki Indonesia, pengin sama bule," ujarnya.

Maka setelah itu, ia memiliki banyak pelanggan 'bule' yang sedang berada di Indonesia. Saat itu pula kehidupan ekonominya meningkat drastis.

"Yah, pernah juga sih akhirnya saya jatuh cinta dengan seorang bule," ujarnya sambil tertawa.

Metode yang digunakannya pun sama, ia memposting foto menariknya di sosmed dan menunggu respon dari calon pelanggan.

Meski memiliki dua kakak dan satu adik, keluarganya tersebut tidak melek teknologi tidak mengetahui apa yang dilakukan Melati di luar. Mereka hanya tahu anaknya bekerja sebagai seorang SPG (Sales Promotion Girl) di pusat perbelanjaan handpone ternama di kawasan Jakarta Barat.

Sejak setahun lalu Melati berkisah, ia bertemu dengan seorang bule Australia yang kebetulan sudah berkeluarga. Namun si bule itu ternyata sangat suka dengan dirinya sehingga menginginkan Melati tak lagi menjajakan diri di dunia maya. Karena berasal dari keluarga yang berada, akhirnya bule Australia itu menempatkan Melati di sebuah apartemen di kawasan Singapura. Kebetulan selain di Indonesia, bule Australia itu juga kerap melakuan perjalanan bisnis di Singapura.

"Ya, saya jadi sering bolak balik Jakarta - Singapura. Kalau dia mau ketemu di Singapura, saya langsung terbang ke sana," tuturnya.

Dalam kesehariannya, ia mengaku sangat dijamin oleh 'kekasihnya' itu. Berbagai kebutuhannya selalu terpenuhi, seperti kendaraan, barang-barang branded, termasuk uang jajan yang nilainya dirahasiakan.

"Jadi sekarang lebih enak saja. Saya juga berusaha menjaga perasaan dia dengan enggak 'dagang' lagi. Yang penting sekarang semuanya terpenuhi, termasuk ya, kebutuhan biologis saya. Kan dia juga sering jalan ke Singapura," ujarnya sambil tersenyum.

Tak terasa, pertemuan selama hampir dua jam tersebut harus berakhir. Melati kemudian berpamitan, sebab besoknya sudah harus berangkat ke Singapura.(wan)

 

Baca Juga:

Kisah Miris PSK ABG, Rela Jual Tubuh Demi Hidup Keluarga

Pelacuran Online Kepung Jakarta, Ahok Tidak Berdaya

Siapakah Artis Yang Berinisial TB?

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan