Produk Makanan dan Minuman Berbahan Impor Terimbas Pelemahan Rupiah

Rabu, 07 Oktober 2015 - Luhung Sapto

MerahPutih Bisnis - Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memukul perusahaan di bidang makanan dan minuman. Sebab, ketergantungan terhadap bahan baku impor masih sangat tinggi.

Ketua Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi Lukman mengatakan sebagian besar bahan baku produksi masih impor. Oleh karena itu, depresiasi rupiah cukup membebani pelaku usaha khususnya bidang makanan dan minuman. 

"Terus terang bahan baku industri makanan minuman masih banyak yang impor. Sampai sekarang inilah yang menjadi masalah di industri makanan minuman kalau rupiah terus melemah," kata Adhi seusai diskusi Invest ASEAN 2015 di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (6/10).   

Menurut Adhi, untuk produk makanan dan minuman yang berbasis terigu, gula, dan gandum masih 100 persen impor.  Sedangkan produk makanan dan minuman berbasis susu, kedelai, dan flavour jus dan konsentrat buah memiliki kandungan impor sekira 60-70 persen.  

"Jadi semua masih impor. Ini berat memang. Maka dari itu ke depan harus menyiapkan industri hulu supaya tidak berdampak berat apabila rupiah melemah," ujarnya.

Saat ini, kata Adhi, beberapa anggota GAPMMI sudah ada yang masuk ke industri hulu dan intermediate, seperti flavour jus, konsentrat buah, gula rafinasi. 

"Di Lamongan, Jawa Timur ada penyuplai gula rafinasi untuk industri yang sudah menggunakan tebu lokal. Jadi sudah tidak impor lagi," katanya.(rfd)

Baca Juga:

  1. Rupiah Menguat, Kalangan Pengusaha Apresiasi Paket Kebijakan Ekonomi
  2. APRINDO Senang Rupiah Menguat
  3. Kurs Rupiah Terendah Sejak 1998 di Posisi Rp14.450 per Dollar AS
  4. Mirip Nomor Telepon Restoran Cepat Saji, Kurs Rupiah Ditutup Rp14.050 per Dollar AS
  5. Rupiah Ditutup Menguat Rp14.241 per Dolar AS

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan