Penipuan Menggunakan AI Marak, Ini Kiat Menangkalnya
Senin, 22 April 2024 -
MerahPutih.com - Warganet di platform media sosial X mengeluhkan sejumlah modus penipuan baru menggunakan AI (artificial intelligence/kecerdasan buatan). Salah satunya memakai konten rekayasa untuk berbelanja daring.
Sekilas konten itu mirip dari si penyedia jasa resmi, tapi jika ditelusuri lebih lanjut, terdapat keganjilan. Karena itu, pakar Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia Firman Kurniawan menyarankan masyarakat agar lebih teliti untuk menghindari penipuan semacam ini.
Mulai dari mencermati visual yang terlihat berlebihan hingga melakukan pengecekan berulang dengan layanan yang tersedia di layanan mesin pencarian menjadi beberapa kiat yang dibagikan.
Baca juga:
"Pertama kalau dari visual untuk melihat sesuatu itu asli atau dari AI biasanya untuk yang AI hasilnya terlampau sempurna. Jadi kalau misalnya gambar bergerak dalam bentuk video, dia itu mulus tidak ada jeda padahal kalau di kenyataan saat orang bicara kadang suka ada jeda atau diam sebentar," kata Firman, seperti dikutip ANTARA (21/4).
Contohnya konten AI video pidato Presiden Joko Widodo direkayasa seolah-olah ia berbicara dengan Bahasa Mandarin pada Oktober 2023. Padahal sebenarnya Presiden Joko Widodo berpidato menggunakan Bahasa Inggris.
"Nah yang terlalu lancar seperti itu bisa jadi pembeda. Kasus video Pak Jokowi pakai Bahasa Mandarin itu terlihat dia lancar dan tidak ada jeda. Padahal di video aslinya dia malah banyak jeda," kata Firman.
Hal serupa juga dapat menjadi pembeda pada konten iklan produk-produk buatan AI agar masyarakat tidak tertipu saat membeli produk tersebut.
Penipuan belanja daring menggunakan AI yang marak dilakukan biasanya menampilkan testimoni seolah berasal dari selebritas atau pesohor.
Baca juga:
Marak Penipuan APK Berkedok Paket Lebaran, Lakukan Ini agar Tak Jadi Korban
Dengan teknologi deepfake, pelaku menggunakan suara selebritas membuat video-video itu terasa nyata seolah testimoni, padahal pihak yang bersangkutan tidak pernah membuat konten tersebut.
Kiat lainnya, masyarakat bisa memeriksa keasliannya dengan memanfaatkan layanan yang tersedia di mesin pencarian.
"Biasanya untuk produk yang tidak bergerak itu kadang hasil gambarnya terlalu indah. Jadi sejak awal patut dicurigai dan itu bisa dicek langsung misalnya pakai Google, itu bisa dicari dan biasanya bisa keluar asal atau gambar aslinya. Banyak aplikasi lain juga dicari saja sebagai alat detektor konten AI," kata Firman.
Langkah selanjutnya, lebih baik berbelanja di aplikasi dengan penyelenggara yang otoritatif seperti marketplace dan e-commerce. (dru)
Baca juga:
Ferienjob Program Resmi di Jerman, Tapi Dijadikan Modus Penipuan Sama Oknum WNI