Pengembangan Vaksin Nusantara Sengaja Dilakukan Secara Senyap
Sabtu, 17 April 2021 -
MerahPutih.com - Masyarakat di Tanah Air diimbau menyikapi polemik vaksin Nusantara secara proporsional. Persoalan vaksin Nusantara tidak seharusnya disikapi berlebihan mengingat adanya tentangan dari sejumlah kelompok.
"Individu dan komunitas tidak perlu terjebak pada polemik scientific," kata Anggota Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra di Jakarta, Sabtu (17/4).
Menurut Hermawan, hal semacam itu krusial lantaran ilmu pengetahuan dan penelitian berkembang secara berkelanjutan. Sehingga, tidak perlu ada kegamangan sosial terkait vaksinasi.
Baca Juga:
Gibran Dapati Guru Dua Sekolah di Solo Tolak Vaksinasi Corona
"Jangankan yang sifatnya baru. Metode yang konvensional saja seperti yang dikembangkan melalui vaksin Merah Putih butuh waktu bertahun-tahun," ujar Hermawan.
Hermawan mengingatkan peneliti dan pengambil kebijakan tentang persoalan kedaruratan kesehatan masyarakat yang masih mengemuka di Indonesia. Kepentingan kesehatan masyarakat harus dikedepankan. Adapun persoalan dinamika politik sponsorship atau kepentingan di balik itu harus dikesampingkan.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Melki Lakalena, menyebut penelitian vaksin Nusantara dipicu oleh keinginan Presiden Joko Widodo. Yakni, keinginan agar Indonesia memiliki vaksin COVID-19 yang bisa menjangkau semua usia.
Menurut Melki, mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pun mencoba menerjemahkannya. Upaya itu dilakukan dengan menggandeng para peniliti.
"Kita mendapatkan vaksin yang tidak hanya menjangkau kategori usia tertentu atau kategori rakyat tertentu saja yang bisa divaksin," ujar Melki.

Atas keinginan presiden itu, klaim ia, para peneliti mulai tertantang dan mengembangkan vaksin Nusantara dan pengembangan vaksin Nusantara memang sengaja dilakukan secara senyap.
"Kemudian ya peneliti tertantang mencoba mencari tahu pakai format apa kita bisa menjawab keinginan presiden untuk coba membuat vaksin yang bisa menjawab kebutuhan dari banyak rakyat Indonesia," tuturnya.
Melki menyampaikan, saat vaksin COVID-19 Nusantara tengah dikembangkan, sudah ada ketidakharmonisan antara para peneliti dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan komunikasi keduanya sudah tidak selaras sejak awal.
"Memang kesan saya antara peneliti dan BPOM ini tidak harmonis komunikasinya," jelas Melki.
Baca Juga:
Lansia DKI Sudah Bisa Daftar Vaksinasi di Puskesmas Terdekat