Pemerintah Terapkan Sistem Energi yang Salah

Minggu, 24 Mei 2015 - Fredy Wansyah

MerahPutih Bisnis - Pemerintah tidak menerapkan sistem yang tepat dalam penggunaan dan penjualan energi. Pasalnya, pemerintah menggunakan energi mahal dari hasil impor. Sementara energi murah justru diekspor dan digunakan negara lain.

Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Budi Santoso mengatakan bahwa Pemerintah telah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Menurutnya, seharusnya pemerintah tidak menjual batu bara ke luar negeri. "Indonesia ekspor energi murah, beli yang mahal," tuturnya dalam sebuah diskusi di Bumbu Desa Cikini, Jakarta, Minggu (24/4).

Budi menjelaskan, produksi batu bara Indonesia mencapai 400 juta ton per tahun Hasilnya justru diekspor, sebesar 75 persen. Akibatnya, manfaat optimum untuk kebutuhan Indonesia tidak tercapai. "Ekspor 300 juta ton per tahun. Setara satu ton batu bara empat barel minyak. Kita mengekspor 1,2 miliar barel energi," tutur dia.

Sementara harga satu ton batu bara, Budi menyebutkan, dijual dengan harga USD55 ton. Kemudian, Indonesia membeli lagi energi dari luar negeri untuk penuhi kebutuhan energi tapi dengan harga yang lebih mahal. "Satu ton batu bara hanya USD55, kita impor USD60. Jual energi murah beli yang mahal," tutur dia.

Budi mencontohkan, kebijakan royalti yang diterapkan pemerintah aneh. Kebijakan ini untuk pendapatan pemerintah, yaitu Rp8 triliun dari PLN. Namun, pemerintah melakukan subsidi listrik dari batu bara Rp20 triliun.

"Pemerintah hanya lihat sektoral dalam pendapatan, pemerintah tidak memikirkan ini kebijakan yang harus dikoreksi," tandasnya. (rfd)

Baca Juga:

Wakil Presiden: Gaya Hidup Berpakaian Bisa Hemat Energi

Nelayan Pesisir Muncar Desak Tolak Tambang Pasir Laut

KPK: Adriansyah dan Andrew Hidayat, Tersangka Kasus Suap Izin Tambang 

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan