Pasar Kripto Bergerak Stagnan, Apa Penyebabnya?
Kamis, 30 Juni 2022 -
PERGERAKAN pasar aset kripto masih terlihat stagnan memasuki tengah pekan ini, namun cenderung menurun. Sejak awal pekan, tidak banyak pergerakan pasar yang mengejutkan, baik naik maupun turun.
Melansir laman CoinMarketCap, Rabu (29/6), 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar atau big cap kompak turun sedikit ke zona merah dalam 24 jam terakhir. Nilai Bitcoin (BTC) merosot 2,13 persen ke USD 20.284 atau sekitar Rp 301 juta per keping dalam sehari terakhir.
Sementara, nasib altcoin lain seperti Ethereum (ETH) tidak jauh berbeda turun 3,05 persen ke USD 1.145 atau sekitar Rp 16,9 juta di waktu yang sama. Solana (SOL), Dogecoin (DOGE) dan Polkadot (DOT) juga mengalami penurunan lebih dari empat persen.
Trader Tokocrypto Afid Sugiono, memprediksi pergerakan market kripto pada pekan ini masih terus bergerak sideways. Hal ini terjadi di bawah tekanan mengenai inflasi dan potensi perlambatan ekonomi global ke depan. Di samping itu, volume trading market juga bergerak tipis sejak akhir pekan lalu.
>Baca juga: >Perempuan Mulai Berinvestasi pada Uang Kripto

"Dari pergerakkan market kripto masih datar saja. Ini diperkirakan akan terus berlangsung lama. Salah satu penyebab market terus sideways di antaranya, investor khawatir mengenai inflasi dan potensi perlambatan ekonomi global ke depan," kata Afid, dalam siaran pers yang diterima Merahputih.com, Rabu (29/6).
Selera risiko investor kripto tengah lesu mengikuti kondisi yang terjadi di pasar saham. Sekarang dalam menentukan aksi jual-beli di market kripto, investor terkadang sering melihat kinerja indeks Wall Street sebagai acuan. Tak heran jika kini pergerakan pasar kripto berkorelasi dengan pasar saham AS.
Selain itu, pelaku pasar juga mencerna data-data ekonomi terbaru dan komentar dari petinggi The Fed. Terakhir, pemegang kebijakan The Fed pada Selasa (28/6), berjanji segera menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk menekan inflasi, sembari mencegah kekhawatiran biaya pinjaman yang lebih tinggi yang akan memicu penurunan tajam.
"Investor bisa mencerna rentetan komentar pejabat The Fed tersebut sebagai sinyal bahwa The Fed masih bakal menaikkan suku bunga acuannya dengan agresif dan mengabaikan dampak negatifnya ke pasar saham dan kripto," ungkap Afid.
Baca juga:

Afin yakin dalam beberapa waktu ke depan belum ada momentum yang baik untuk market bergerak bullish. Apalagi ekonom Wall Street memprediksi bahwa resesi ekonomi bisa terjadi dalam kurung waktu 12 bulan mendatang. Prediksi ini memberikan sinyal antisipasi bagi pelaku pasar, mengantisipasi efek samping kebijakan moneter agresif The Fed.
Pergerakkan Bitcoin pun rupanya diprediksi belum bergerak bagus. Pasar kripto belum bisa menguat signifikan pekan ini, karena tidak ada momentum yang bisa mendorong BTC meninggalkan kisaran USD 20 ribu atau sekitar Rp 296 juta per keping.
"Bitcoin akan menuju test support berkali-kali, harganya bisa jadi akan berada di level USD 19.800 (sekitar Rp 293 juta) hingga USD 17 ribu (sekitar Rp 252 juta) dalam beberapa waktu ke depan. Dari analis teknikal, prospek bullish belum bisa terihat. Untuk bergerak bullish, BTC harus melewati level resistance di titik USD 23 ribu (sekitar Rp 341 juta)," tutup Afid. (and)
Baca juga: