Pagar Betis yang Mengacaukan Penjaga Gawang
Kamis, 24 Desember 2020 -
KALAU kita melihat dalam pertandingan sepakbola, seorang penjaga gawang harus mengawal gawangnya agar tak kebobolan. Dia juga dibantu oleh teman-temannya agar bola tidak melesat ke gawangnya.
Bila terjadi tendangan bebas di depat wilayah gawang, biasanya pemain lain kemudian membuat pagar betis untuk mencegah bola langsung terarah ke gawang. Namun dalam sebuah penelitian oleh Queen's University Belfast, ternyata pagar betis itu justru mengacaukan performa penjaga gawang.
Baca juga:

Pagar yang dimaksudkan untuk membantu agar tak kebobolan, saat ini dipertanyakan efektivitasnya, demikian pada laman Dailymail pada Selasa lalu (23/12). Menurut para peneliti dari universitas itu, bahwa pandangan penjaga gawang terhalang oleh pagar betis itu. Juga membuat gerakan antisipasi penjaga gawang menjadi lambat.
Penelitian itu menemukan bahwa pendangan penjaga gawang terhalang sekitar 200 milisekon. Kemudian waktu untuk bereaksi mengalami keterlambatan sekitar 90 milisekon. Ukuran-ukuran itu menurun dengan drastis ketika tidak ada pagar betis di depannya. Menurut aturan dalam sepakbola, pagar betis berjarak sekitar 9 meter dari titik tendangan bebas.
Para peneliti menghitung bahwa penjaga gawang mengalami 13% penurunan dalam menyelamatkan gawangnya dari kebobolan. Apalagi bila tendangan bebas itu dilakukan pemain sekelas Gareth Bale, Christiano Ronaldo atau David Beckham, tidak ada harapan bagi penjaga gawangnya.
Baca Juga:

Hasil penelitian yang dimuat di PLOS ONE itu berdasarkan dari eksperimen virtual reality dengan 25 orang partisipan berusia 20-30 tahun. Dari jumlah partisipan itu 10 orang adalah penjaga gawang yang baik.
Menurut Profesor Cathy Craig yang ambil bagian pada peneliti ini mengatakan bahwa bukannya tidak baik pagar betis tersebut. Pada kasus tertentu menunjukan kefektifannya, namun mengganggu pandangan penjaga gawang pada bola yang menuju ke arahnya. Sayangnya menurut Craig, banyak peneliti yang menyadari hal ini namun belum dibuktikan secara ilmiah.
Penelitian ini juga menemukan bahwa lokasi tendangan bebas juga memberikan hasil yang berbeda pula. Misalnya tendangan bebas dari daerah tengah menjadi ancaman paling besar bagi penjaga gawang bila memakai pagar betis.
Dalam penelitian ini penjaga gawang mengaku bahwa mereka melihat bola yang akan ditendang. Namun tidak dapat melihat dengan baik arah datangnya bola ketika ditendang. Padahal menurut Craig, otak membutuhkan informasi untuk membuat keputusan pergerakan yang sayangnya tak dapat segera membaca arah datangnya bola karena terhalang oleh pagar betis. (psr)
Baca Juga:
Layanan Ekosistem Keuangan Digital untuk Kesejahteraan UMKM di Masa Pandemi