Menilik Riak Sungai Kuala Selat, Nadi Kehidupan Warga Kateman Riau

Merahputih.com - Pagi baru saja merekah ketika perahu-perahu kecil mulai bersandar di tepian sungai Kuala Selat. Air masih pasang, riaknya tenang, memantulkan cahaya matahari. Di atas rumah panggung yang berdiri di atas air, warga mulai beraktivitas: ada yang menyiapkan jaring, ada yang mengupas kelapa, dan anak-anak bersiap-siap menyeberang sungai untuk bersekolah.
Kuala Selat, sebuah desa di Kecamatan Kateman, Riau, memang hidup berdampingan dengan air. Sungai adalah jalan, ladang, sekaligus sumber kehidupan. Pasang surut air laut bukan hambatan, tapi sahabat yang memberi tanda kapan harus melaut atau menanam.
Di Kateman, kelapa menjadi raja. Hampir setiap rumah menggantungkan hidup pada pohon ini. Buahnya dijual untuk dibuat santan, nata de coco, dan sari kelapa. Kulit dan tempurungnya diolah jadi arang, bahkan diekspor ke luar daerah. Hasil olahan kelapa biasanya dikirim ke Pulau Burung untuk diproses lebih lanjut.
Namun, kehidupan di Kuala Selat tak selalu tenang. Dalam beberapa tahun terakhir, abrasi menggerus lahan warga. Lebih dari 1.800 hektare kebun kelapa rusak akibat tanggul jebol. Banyak petani akhirnya memilih menanam mangrove untuk menahan abrasi sekaligus memulihkan ekosistem.
Program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) kini menargetkan pemulihan 1.200 hektare mangrove. Hasilnya mulai terlihat: kepiting bakau perlahan kembali, memberi harapan baru bagi nelayan.
Siang hari di Kuala Selat terasa damai. Rumah panggung berjajar, sebagian besar berbahan kayu. Anak-anak bermain di tanggul, kaki mereka basah oleh air pasang. Di kejauhan, perahu-perahu nelayan tampak kembali dari laut, membawa hasil tangkapan.
Meski sederhana, warga tetap menjaga kebersamaan. Mereka gotong royong memperbaiki jembatan kayu, membantu tetangga yang kesulitan, dan bersama-sama menjaga sungai tetap bersih.
Bagi warga Kuala Selat, sungai bukan sekadar bentangan air, melainkan warisan yang harus dijaga. “Kalau sungai rusak, hidup kami juga rusak,” ujar salah satu warga. Harapan mereka sederhana: abrasi teratasi, harga kelapa stabil, dan anak-anak bisa bersekolah tanpa hambatan.
Di tepi Kuala Selat, riak air terus mengalir, membawa cerita kehidupan yang tak pernah berhenti. Warga Kateman tetap bertahan, dengan keyakinan bahwa sungai akan selalu menjadi sahabat, bukan ancaman. (MP/Didik Setiawan).
Berita Terkait
Menilik Riak Sungai Kuala Selat, Nadi Kehidupan Warga Kateman Riau

Aktivitas Anak Pulau Pucung Bersekolah Sebrangi Sungai Indragiri Hilir Riau

Struktur Miring, Jembatan Sungai Rokan Riau Ditutup Total Selama 5 Pekan

Sikapi Karhutla Riau, Gibran Bakal Ketatkan Regulasi Hingga Pengawasan Pembukaan Lahan

Karhutla di Riau, KLH Segel 4 Perusahaan Perkebunan dan Tutup 1 Pabrik Sawit

Menteri LH Berangkatkan Tim Pemadam Karhutla Riau: Pantang Pulang Sebelum Padam

Titik Api Kebakaran Hutan dan Lahan Melonjak, Perusahaan Tidak Mitigasi Karhutla Bakal Ditindak

Aura Farming Jadi Viral, Tradisi Pacu Jalur Diklaim Malaysia, ini Penjelasan Dubes RI

Viralnya Video Aura Farming Tiru Gerakan Anak Kuantan Singingi Riau, Begini Sejarah Olah Raga Pacu Jalur

Riau Jadi Jalur Masuk, Politikus Apresiasi Kapolda Tindak Anggota Penyalahgunaan Narkotika
