Pacuan Kuda Tradisional Gayo, Tradisi yang Sudah Ada Sejak Zaman Kolonial

Rabu, 31 Juli 2024 - Soffi Amira

MerahPutih.com – Setiap setahun sekali, Kabupaten Aceh Tengah menggelar lomba Pacuan Kuda Tradsional Gayo yang diikuti oleh masyarakat sekitarnya. Pacuan kuda di Takengon ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda, tetapi penyelenggaraannya dilakukan setelah masa panen hasil pertanian.

Uniknya, jokinya yang disebut joki cilik masih duduk di bangku SMP. Saat menunggang kuda tersebut, mereka tidak mengenakan pelana.

Sementara itu, kuda-kuda yang mereka gunakan adalah hasil persilangan kuda Australia dan kuda Gayo yang kecil-kecil, yang merupakan bantuan dari pemerintah setempat. Sekarang, kuda-kuda Gayo tersebut sudah mulai tumbuh tinggi.

“Tanpa perlu promosi dan tanpa perlu komando, secara serentak masyarakat yang mendiami dataran tinggi tanoh gayo pada waktu tersebut turun membanjiri perayaan tersebut,” bunyi keterangan resmi yang dikutip dari laman resmi Pemerintah Provinsi Aceh.

Baca juga:

Mengenal Tari Saman beserta Sejarah dan Maknanya

Pacuan kuda tradisional Gayo dimainkan oleh joki cilik
Pacuan kuda tradisional Gayo dimainkan oleh joki cilik. Foto: Kemdikbud
>Adapun, tempat yang dipilih waktu itu sebagai lokasi pacuan kuda adalah Gelenggang Musara Alun, persis terletak dijantung kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. Kondisi lintasan juga tampak sangat bersahaya.

Sepanjang lintasannya pun dibuat melingkar dan dibatasi oleh rotan. Pacuan kuda tradisional gayo merupakan sebuah event yang berlangsung setiap tahun. Peristiwa ini merupakan bagian dari peringatan hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

“Perhatian masyarakat bertumpu seluruhnya ke arena pacuan ini,” pungkasnya. (far)

Baca juga:

Dogdog Lojor, Instrumen Musik Tradisional Semeter khas Banten

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan