Minuman Manis Picu Tingginya Angka Diabetes di Indonesia, Negara Perlu Intervensi dalam Pembuatan Regulasi
Sabtu, 10 Agustus 2024 -
MerahPutih.com - Minuman manis masih digemari sebagian besar masyarakat di Indonesia.
Namun, saat dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit, salah satunya diabetes.
Terkait hal ini, pengamat Kebijakan Publik Achmad Nur Hidayat mendukung adanya wacana pemberian label berwarna untuk minuman dengan pemanis.
Sebab ini akan meningkatkan kesadaran konsumen terhadap kandungan gula, sehingga mereka jadi lebih berhati-hati dalam memilih minuman.
Baca juga:
Prevalansi Anak Terkena Diebetes Tinggi, DPR Minta Pemerintah Ketat soal Makanan dan Minuman Manis
Achmad melihat dari jangka pendek dan panjang penerapan label berwarna untuk minuman berpemanis akan memberi dampak positif jika diterapkan dengan baik.
Namun, regulasi ini juga perlu ditambahi kebijakan pendukung agar implementasinya dapat tersuluh dengan optimal. Artinya, harus ada intervensi negara dalam bentuk indikator untuk mengukur efektivitas dari penggunaan label tersebut.
Hal ini meliputi data tahunan terkait penurunan jumlah konsumsi gula per kapita, atau penurunan prevalensi penyakit seperti diabetes dan obesitas, setelah regulasi ini diterapkan.
“Dengan regulasi ini kita bisa melatih masyarakat untuk mengonsumsi minuman yang lebih sehat. Sehingga prevalensi penyakit terkait gula seperti diabetes, obesitas di masyarakat itu bisa menurun,” kata Achmad dalam keteranganya di Jakarta dikutip Sabtu (10/8).
Baca juga:
Terkait pengenaan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) dia juga setuju jika hasil pajaknya dikembalikan ke masyarakat.
Indonesia menurutnya juga bisa mencontoh negara-negara lain di dunia yang sudah berhasil mengurangi penyakit akibat gula lewat regulasi yang telah dijalankan.
Salah satunya Chili, yang menerapkan label peringatan hitam pada produk dengan kandungan gula, kalori, garam, atau lemak jenuh yang tinggi.
Malaysia juga telah mengambil langkah-langkah untuk memperkenalkan pelabelan yang lebih jelas pada produk makanan dan minuman guna membantu konsumen membuat pilihan yang lebih sehat.
Baca juga:
Minuman Manis dan Dingin Bikin Gemuk? Begini Penjelasan Medisnya
“Saya tidak setuju kalau konsepnya cukai pemanis itu sama seperti cukai rokok, hanya untuk menambah pendapatan APBN Tetapi tidak disalurkan untuk memitigasi dampak negatif dari pemanis itu sendiri,” jelas Achmad yang juga ekonom dari UPN Veteran Jakarta ini.
Sekadar informasi, dari data International Diabetes Federation (IDF), Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan jumlah diabetes terbanyak dengan 19,5 juta penderita pada 2021. Bahkan diprediksi akan menjadi 28,6 juta pada 2045.
Obesitas juga menjadi penyakit yang dapat disebabkan karena konsumsi minuman berpemanis secara berlebihan.
Saat ini, obesitas menjadi salah satu krisis kesehatan yang sedang berkembang di dalam negeri. Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan tingkat obesitas tertinggi di Asia Tenggara.
Baca juga:
Kondisi ini tidak lepas dari gaya hidup masyarakat Indonesia yang suka mengonsumsi minuman manis dan kemasan. (knu)