Mengenal Proses Smelting dan Smelter dalam Hilirisasi Hasil Pertambangan

Sabtu, 20 Januari 2024 - Hendaru Tri Hanggoro

MerahPutih.com - Kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Morowali, Sulawesi Tengah, kembali menghadapi insiden terkait tungku smelter nikel.

Tungku smelter PT Sulawesi Mining Investment (SMI), salah satu pabrik smelter di kawasan tersebut, terbakar pada Jum'at (19/1), mengakibatkan dua orang terluka.

Insiden ini mengingatkan kejadian sebelumnya pada dua pabrik: PT Gunbuster Nickel Industries (GNI) dan PT Indonesia Tsinghan Stainless Steel (ITSS).

Baca juga:

Tungku Smelter PT SMI Terbakar, DPR: Kelemahan Pemerintah Mengawasi Industrialisasi Nikel

Sejak pelarangan ekspor nikel mentah pada 2020, Pemerintah mulai menggenjot pengolahan produksi nikel untuk hilirisasi. Salah satu bagian dari pengolahan itu adalah proses smelting atau ekstraksi bijih logam murni yang ditambang dari bumi.

Agar logam bisa terpisah, maka bijih dipanaskan dalam suhu tinggi (melebihi titik lelehnya). Nah, tempat untuk melakukannya disebut smelter.

"Fasilitas ini membantu perusahaan untuk beroperasi secara optimal dan produktif karena dukungan fasilitas ini memungkinkan produksi tambang mencapai standar yang tinggi," tulis laman succofindo.co.id.

Tak hanya nikel, hasil tambang lain seperti tembaga, emas, perak, bauksit, besi, mangan, dan timbal dibawa ke smelter. Di sini, logam dipisahkan dari tanah dan unsur lain yang tidak penting. Pengerjaan ini disebut reduksi bijih.

Tak hanya dibersihkan dari material turunan, logam juga ditingkatkan kadarnya supaya dapat menjadi komoditi yang sesuai ekspor. Ini tujuan hilirisasi. Jadi, Indonesia tak menjual lagi logam mentah, melainkan komoditi hasil olahan lanjutannya.

Melalui proses smelting di smelter, hasil tambang akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Adanya smelter juga bisa mendorong terciptanya lapangan kerja baru. (dru)

Baca juga:

DPR Minta Polisi Usut Tuntas Kejadian Tungku Smelter PT ITSS yang Meledak

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan